Friday 19 June 2015

DAULAH ISLAM PELOPOR PERJUANGAN TERKINI




Al-Adnani Media (www.al-adnani.blogspot.com) - Mu'assasah Al-Battar merilis sebuah artikel bertajuk "Ad-Daulah Al-Islaamiyah Wal Makaanah Ar-Riyaadah". Artikel yang ditulis oleh Al-Akh Abu Hamid Al-Barqawi ini menghadirkan tesis bahwa menurutnya ada 5 faktor yang menjadikan Daulah Islamiyah bisa eksis dan terus tumbuh berkembang ke hati ummat Islam diseluruh dunia.

Selain memuji, sang penulis juga memberikan 2 masukan agar Daulah Islamiyah bisa semakin melesat di kancah perjuangan ini. Seperti apa selengkapnya, berikut naskah yang diterjemah oleh Abana Ghaida. Selamat menyimak, semoga bermanfaat!

***

Mu'assasah Al-Battar Al-I'lamiyah

Mempersembahkan

"Ad-Daulah Al-Islaamiyah Wal Makaanah Ar-Riyaadah"

Daulah Islam di Garis Terdepan Perjuangan

Oleh: Abu Hamid Al-Barqawi
Alih Bahasa : Abana Ghaida


Bismillâhir-rahmânir-rahîm

Tidak samar lagi, siapapun dapat menyaksikan pencapaian Daulah Islam yang kini menempati kedudukan tinggi di kancah jihad, memegang kendali dalam peta perjuangan, dan melesat posisinya ke garis terdepan perjuangan. Hampir seluruh masyarakat jihadis saat ini bergabung bersama Daulah Islam. Bahkan hebatnya, popularitas Daulah Islam kini telah merambah ke berbagai belahan dunia yang sebelumnya tidak pernah kita duga untuk bisa sampai ke sana, semisal negeri-negeri di Eropa dan Asia.

Para pemuda jihadis saat ini menempatkan Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Baghdadi Al-Qurasyi Hafizhahullahu sebagai ikon perjuangan dan pemimpin, sebuah kedudukan yang sebelumnya ditempati oleh Syaikh Usamah bin Ladin taqabbalahullahu, dan juga telah ditinggalkan Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri yang saat ini mungkin hanya digandrungi segelintir pemuda jihadis.

Khalifah menutup celah yang ditinggalkan kelompok Sururiyah serta kelompok-kelompok berakidah menyimpang, seperti Hizbul Ummah (Partai Umat) Kuwait. Publik jihadis menyimak dengan seksama setiap arahan Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Baghdadi dan mengadopsi setiap tesis yang dikeluarkannya. Setiap mujahid menjadikan arahan-arahan Khalifah sebagai tumpuan dalam jihad mereka.

Pada sosok tiada banding Sang Khalifah, umat seakan-akan menemukan kembali barang berharga yang sebelumnya hilang. Apabila Allah memberikan kemudahan kepadanya, maka beliau mampu menaklukkan sejumlah negeri di berbagai belahan bumi. Ini mengingat, Khalifah Al-Baghdadi memiliki komponen-komponen penting untuk tampil sebagai ikon segenap perjuangan umat. Pun demikian, beliau menguasai negeri yang memiliki berbagai elemen untuk menopang misi tersebut.

Jangan dilupakan juga peranan ‘sang ksatria’ yang setiap rilisan dan pidato-pidatonya tak ubahnya bahan bakar pertempuran dan selalu ditunggu-tunggu oleh umat. Ya, dialah Juru Bicara Resmi Daulah Khilafah Islamiyah Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani yang mengingatkan umat akan sosok Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi Rahimahullahu. Betapa pidato-pidatonya senantiasa mengangkat umat dari keterpurukan, sehingga umat pun bergerak menuju jalan lurus dan petunjuk. Syaikh Al-Adnani tampil sebagai sosok penggerak umat, sosok penyingkap kebusukan kaum munafik yang ada di tubuh umat, sebagaimana dilakukan pendahulunya, yaitu Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi Taqabbalahullahu.

Kita pun menjadi bertanya-tanya; bagaimana bisa Daulah Islam menempati kedudukan superior dan pionir, merangkul sedemikian banyak pendukung, serta menaklukkan berbagai negeri, di tengah upaya distorsi yang menerpanya?!

Sebelum pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab, saya mencoba untuk merangkum proses independensi Daulah Islam bersama berbagai aliran jihad; bagaimana terjadinya? Bagaimana terbentuk?

Tidak samar lagi bagi siapapun, tatkala Daulah Islam dideklarasikan di Irak dan Syam, maka deklarasi penuh keberkahan tersebut dengan cepat memperlihatkan berbagai hasil manisnya kepada kita. Melalui hasil-hasil tersebut, banyak mujahid kemudian bergabung ke dalamnya, sehingga panji Daulah Islam pun tegak berkibar di atas markas musuh.

Waktu pun bergulir, Daulah terkena tikaman pisau-pisau pengkhianatan dari Al-Jaulani dan gerombolan para perusuh. Hanya saja, Allah pun membalas semua tipu daya tersebut berbalik menghantam leher mereka. Banyak dari mereka yang memilih tetap bergabung bersama Al-Jaulani, namun tidak sedikit pula yang kemudian berpindah ke Daulah Islam.

Selanjutnya, datanglah pesan suram yang di dalamnya berisi vonis dari DR. Aiman Azh-Zhawahiri. Namun setelah itu muncullah pesan audio bantahan dari Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Baghdadi terhadap pesan yang disampaikan DR. Aiman, melalui kalimat-kalimat yang gamblang, mudah dipahami, dan memuat di dalamnya berbagai keterangan bersifat manhaji (metodologis) dan syar’i. Dari pesan Khalifah Al-Baghdadi itu, para mujahidin menggarisbawahi bahwa ternyata persoalan manhaj lebih menyeruak ketimbang masalah yang sifatnya tanzhim (keorganisasian).

Kemudian disusul pesan audio yang menggemparkan dari Syaikh Al-Adnani berjudul Fadzarhum Wa Ma Yaftarun (Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan). Pesan ini seolah-olah menjadi syarh (penjelas) bagi pesan Amirul Mukminin sebelumnya. Dan bukan rahasia lagi, saya pun sangat terkejut ketika menyimak pesan Syaikh Al-Adnani tersebut, seraya diiringi perasaan bersedih dan marah; bagaimana bisa Sang Doktor menyalahkan dan mencelanya?! Akan tetapi, kemudian gambaran pun semakin jelas bagiku, dan saya menyadari bahwa kalimat-kalimat di dalam pesan Jubir Resmi Daulah Islam itu adalah kebenaran nyata. Segala puji bagi Allah atas semua karunia ini.

Selanjutnya, situasi pun membaik. Daulah Islam eksis di Syam, pun demikian tanzhim Al-Qaidah pun hadir di Syam. Situasi berjalan sebagaimana adanya. Sampai akhirnya keluarlah keputusan dari al-qiyadah al-‘ammah (komando umum) Al-Qaidah, yang di dalamnya memuat keputusan berlepas diri (baraa`) dari Daulah Islam, dan menamainya dengan “Jamaah Daulah”! Sungguh mengherankan, dari mana datangnya pemikiran ngaco ini?! Kemarin menyebut “daulah”, namun hari ini menyebut “jamaah”?!

Oleh karena itu, jadilah Daulah Islam berada di satu front, dan Al-Qaidah berada di front lainnya. Sehingga ‘nilai saham’ Daulah Islam pun semakin meningkat tajam, karena telah berdiri independen dan merdeka dari segenap jamaah atau kekuasaan amir jamaah yang memiliki pengaruh dalam setiap keputusan. Tak pelak, para anshar Daulah yang juga bersimpati kepada tanzhim Al-Qaidah lebih memilih sikap bersama tanzhim dan para petingginya.

Mayoritas publik jihadis pun bersikap tak ubahnya tindakan tanzhim terhadap Daulah. Mereka kadang menyebut Daulah bersikap “ghuluw” (ekstrem), kadang menyebutnya sebagai “Khawarij”, kadang mengatakan bahwa Daulah menolak tahkim (arbitrase) kepada syariat Islam, serta berbagai tuduhan keji lainnya yang tadinya tersembunyi di ‘gudang bawah tanah’ Al-Qaidah, dan berhamburan muncul ke permukaan pasca terbunuhnya Syaikh Usamah bin Ladin Rahimahullahu. Lâ haula wa lâ quwwata illa billah.


Kita kembali ke pertanyaan sebelumnya; bagaimana Daulah Islam dapat menempati kedudukan superior dan pionir?

Saya mencoba untuk berijtihad dan memutar otak untuk menjawab pertanyaan di atas. Saya meringkas sedikitnya ada lima faktor yang dapat dikemukakan kepada semua saudara dan saudariku sekalian. Semoga Allah menjadikan penjelasan ini bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin.


1. Taufik (petunjuk) Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apakah ada hal yang lebih indah dari taufik (petunjuk) Allah?! Sungguh beruntung orang yang Allah beri petunjuk kepada kebaikan. Tengoklah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, betapa Allah telah memberinya petunjuk. Melalui Ibnu Taimiyah, banyak manusia kemudian mendapatkan hidayah. Kitab-kitab karyanya benar-benar bermanfaat di seluruh negeri.

Satu orang saja sudah sedemikian bermanfaatnya, maka terlebih lagi dengan Daulah Islam yang mempunyai banyak balatentara dan komandan mumpuni?! Dan yang paling utama, mereka memiliki akidah yang lurus, berucap dan bertindak hati-hati demi mengharap keridhaan Allah, guna mendapatkan surga Allah Sang Pemilik Asmaul Husna.


2. Akidah kokoh.

Semua mengetahui akidah saudara-saudara kita di Daulah Islam. Bahkan sejak masa Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi, sudah sedemikian kokoh dan teguhnya akidah mereka. Mereka tidak memberi udzur jahil kepada kaum musyrikin dalam persoalan syirik akbar. Mereka menyatakan bahwa Syiah Rafidhah adalah kelompok musyrik pelaku kriminal yang melakukan perlawanan bersenjata (thaa`ifah mumtani’ah bi asy-syaukah), dan menjuluki mereka dengan “Majusi”. Tiada beda antara orang awam dan ulama syiah mereka, karena mereka sama-sama kafir.

Inilah yang membedakan mereka dengan tanzhim Al-Qaidah pimpinan DR. Aiman. Pasalnya, tanzhim menyatakan bahwa kaum awam Syiah Rafidhah masih dianggap sebagai kaum muslim, sehingga darah mereka terjaga, pun demikian dengan kaum Syiah Shafawi di Irak! Persoalan inilah yang menjadi pemicu perselisihan utama antara Daulah Islam dengan Al-Qaidah. Dengan demikian, perselisihan dalam soal manhaj lebih mengemuka dibandingkan persoalan yang bersifat tanzhim.

Para pemuda jihadis pada kenyataannya lebih memahami apa yang tidak dipahami para petinggi jamaah; bahwa kaum Syiah Rafidhah sejatinya adalah kaum musyrik yang memerangi warga muslim sunni. Hal inilah yang membuat ‘nilai jual’ Daulah Islam semakin meningkat lagi, dan membuat para jihadis semakin tertarik untuk mendukungnya. Ketika seorang mujahid menyaksikan sendiri kaum laki-laki dan wanita Syiah memerangi kita, dan mereka juga berbuat syirik kepada Allah, lantas kita harus mengatakan, “Mereka masih muslim dan mereka di-udzur karena bodoh?!” Tidak, sekali-kali tidak bisa. Pemahaman ngawur seperti ini tidak akan bisa diterima oleh mujahidin.

Saudara dan saudariku tercinta, tema udzur jahil merupakan pembahasan syar’i. Pelajarilah tema tersebut di dalam kitab-kitab para ulama dan imam dakwah Nejed, sehingga Anda bisa mendapatkan banyak manfaat luar biasa di dalam kitab-kitab tersebut. Para ulama Nejed Rahimahumullahu mengambil dalil berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, serta petunjuk salafush-shalih umat ini.

Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi pernah bercerita kepadaku, bahwa dirinya benar-benar menaruh perhatian kepada kitab-kitab mereka, dan juga menjadi pedoman dalam berbagai persoalan. Syaikh Az-Zarqawi menjadi panutan yang diteladani para kombatan, komandan, dan individu di Daulah Islam.


3. Garis demarkasi (pemisah) tegas dengan musuh-musuhnya.

Garis demarkasi (pemisah) dan permusuhan tegas terhadap orang-orang kafir dan munafik menjadi salah satu keunggulan Daulah Islam, dan juga menjadi ciri khas orang-orang bertauhid. Allah berfirman, “Ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (Al-Mumtahanah [60]: 4)

Di saat orang-orang yang mengklaim berafiliasi kepada jihad muncul dan menyerukan bahwa tentara Mesir adalah orang-orang baik, lalu mereka berceloteh bahwa Mesir tidak layak untuk dijadikan arena peperangan, serta jalan paling baik dan cocok menurut mereka adalah dengan jalan as-silmiyyah (perdamaian), di saat itu pula muncullah Syaikh Al-Adnani mendeklarasikan permusuhan tegas terhadap rezim dan tentara kafir Mesir. Mereka adalah orang-orang kafir.

Siapa saja yang menyerukan tidak akan memerangi tentara Mesir yang jelas-jelas melindungi kepentingan Yahudi, maka tidaklah dia berkata seperti itu, melainkan dia bukanlah orang yang berakal. Dia tidak memahami hukum-hukum syariat. Jelas seruan tersebut memiliki dampak besar bagi mujahidin. Mustahil bagi saya untuk menyaksikan musuh menyembelih leherku dan leher-leher umatku, lalu di saat yang bersamaan seseorang dengan entengnya menyerukan: “Perdamaian!”

Segala puji bagi Allah. Para petinggi Daulah Islam memahami betul proyek keji ini, yaitu proyek penggerusan dan pereduksian akidah melalui ranah emosi. Sebuah perkara yang sering diucapkan para dai dan petinggi jihad semisal Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri. Di antara hal-hal terpuji dari seruan audio As-Silmiyyah Dinun Man adalah seperti menghadapi sekawanan pembajak rombongan revolusi-revolusi Timur Tengah, kemudian mengarahkan semuanya dengan tampilan kebaikan dan keselamatan bagi umat kita, berdasarkan prediksi mereka bahwa hal demikian dapat menarik simpati publik dan rakyat, sehingga mereka melakukan upaya rasionalisasi terhadapnya.

Sedangkan Daulah Islam memandang mustahil melakukan upaya pendekatan kepada musuh, kemudian ‘menghasi’ musuh demi menarik keuntungan berupa dukungan publik. Allah Maha Tahu bagaimana hasil dan keuntungannya!


4. Slogan yang jelas.

Ketika Anda mendengar tentang Daulah Islam, maka secara langsung yang terbayang di benak adalah “khilafah”, cara-cara untuk mengembalikannya, dan upaya tak kenal lelah untuk membangun fondasi-fondasinya. Semoga Allah membalas kebaikan Amirul Mukminin, tatkala kekuasaan Daulah melebar ke negeri Syam. Sang Khalifah telah mengingatkan umat akan kegemilangan masa silam yang sempat dirampas musuh sejak berabad-abad lamanya.

Seluruh pesan yang disampaikan Daulah Islam merefleksikan upaya penegakan Khilafah Islamiyah, dan bukan sekadar isapan jempol guna memuaskan publik dan menyemai dukungan mereka. Karena di dalam pesan-pesan tersebut benar-benar memuat berbagai unsur penegakan khilafah, semisal persyaratan seorang khalifah adalah berasal dari suku Quraisy, pun demikian dengan pendahulunya yang telah ikut serta dalam upaya implementasi syariat, lalu juga terdapat rekomendasi baik dari seluruh pemimpin jihad semisal Syaikh Usamah bin Ladin Rahimahullahu yang sampai waktu terbunuhnya tidak pernah sekali pun mendapatkan delik aduan dari mujahidin, sebagaimana para pemimpin jihad lainnya.

Selain itu, unsur lainnya adalah Daulah Islam di Irak dan Syam juga memiliki asy-syaukah (kekuatan) yang menjadi elemen utama dalam penegakan khilafah. Ini mengingat, Daulah memiliki legiun jihad terbesar, banyaknya balatentara yang ingin berjihad, ditambah lagi dengan kehadiran ‘sel tidur' dan ‘akar rumput’ jihadis di setiap negeri kaum muslimin.

Demikian pula dengan pihak (musuh) yang merasakan betul kekuatan dan kesulitan dalam memerangi mujahidin Daulah Islam. Betapa sulitnya melawan mereka. Musuh seolah pasrah menyadari bahwa para mujahid Daulah sanggup memuluskan proyek apapun yang mereka inginkan. Fakta menjadi bukti terbaik dalam hal ini. Tengoklah Irak; bagaimana Amerika Serikat (AS) dan para sekutunya hancur porak-poranda. Sepeninggal mereka sekarang ini, ada kaum Majusi Syiah Rafidhah yang dipaksa kabur dari kawasan-kawasan mayoritas berpenduduk Sunni.

Dan di saat yang sama, mujahidin tengah bersiap untuk menyerbu Baghdad. Begitu juga di Syam; saat ini berlangsung fase “kami memerangi mereka dan mereka takkan lagi memerangi kami”. Hampir seluruh kawasan di Utara dan Timur Syam telah dikuasai Daulah Islam. Kekuatan militer Daulah sukses menaklukkan berbagai wilayah. Tak hanya itu, kemampuan finansialnya juga terbukti mampu menggelontorkan biaya ke sejumlah frotn pertempuran dalam satu waktu.

Jadi, secara umum, kondisi finansial sudah stabil dan mampu menutupi biaya dalam jumlah sangat besar. Bagi orang yang memerhatikan realita; dia akan mendapatkan bahwa Daulah memiliki kemampuan mumpuni dan profesional dalam mengatur wilayah-wilayah yang telah ditaklukkan. Sejatinya, bukanlah perkara mudah untuk me-manage (mengatur) wilayah, mengoperasikan layanan-layanan masyarakat, dan membuat kesejahteraan secara merata melalui kedermawanannya.

Dan mereka yang hidup di bawah naungan Daulah Islam mengetahui betapa nyamannya masyarakat atas manajemen Daulah di wilayah-wilayah yang telah ditaklukkannya. Padahal persoalan inilah yang selama ini senantiasa menjadi dilema bagi jamaah-jamaah jihad. Kegelisahan yang selalu menghantui mereka; yaitu kekhawatiran jika nanti tidak mampu mempersembahkan kelayakan hidup untuk masyarakat. Namun hal inilah yang justru berhasil disukseskan oleh tentara Daulah Islam dalam waktu singkat. Namun pada permulaan dan akhir, semua anugerah itu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.


5. Istilah-istilah syar’i yang mudah dipahami dalam setiap pesan media.

Faktor lainnya adalah bahasa pesan media yang sangat jelas; jauh dari kerumitan-kerumitan verbal dan istilah-istilah kontemporer yang tidak dipahami audiens. Sebaliknya, yang berlaku adalah penggunaan istilah-istilah syariat yang tidak ambigu (bermakna banyak), semisal terminologi (istilah) “murtad” dan istilah-istilah syariat lainnya yang mencerahkan pemikiran para audiens, sehingga mereka tidak mengeluh kebingungan: “Apakah maksudnya adalah ini, ini, atau ini?”

Perhatikanlah pesan-pesan yang disampaikan para pemimpin jamaah-jamaah jihad lain. Bahkan untuk memahami secuil pesan saja, para audiens sangat kesulitan, sehingga mereka seperti terombang-ambing. Akhirnya mereka hanya bisa menerka-nerka: “Oh mungkin maksud syaikh adalah begini…”. Ini disebabkan rumitnya penjelasan si syaikh. Sehingga satu kalimat saja perlu penafsiran ratusan kali. Sampai-sampai seandainya seseorang menghadirkan kamus untuk mengurai ungkapan-ungkapan kiasan, maka barulah dia mendapatkan manfaat. Jelas hal demikian merupakan penyesatan terhadap umat, membuat mereka simpang-siur, hanya demi kepentingan-kepentingan tanzhim!

Hal penting yang dilakukan Daulah Islam sehingga bisa ‘digandrungi’ para pendengar dan penonton adalah karena mereka merasakan kejelasan dari gagasan dan cara penyampaiannya, serta bagaimana Daulah menerangkan berbagai fakta. Contohnya adalah ketika muncul pesan audio Syaikh Al-Adnani. Syaikh secara terang-benderang menyebutkan untuk kita nama institusi di Syam, dengan nama-nama yang jelas. Syaikh Al-Adnani mengatakan, “Sesungguhnya bagi kami Staf Jenderal Militer Syrian National Council (SNC) adalah kelompok murtad. Barangsiapa bekerjasama bersama mereka untuk melawan mujahidin, maka dia sama seperti mereka dan akan menjadi target kami.”

Adapun para pemimpin kelompok jihad yang lain, mereka terkadang mengelak dan gugup untuk mengalihkan pembicaraan dan untuk menerangkan secara gamblang tentang kondisi kelompok-kelompok tersebut. Inilah yang akhirnya membuat manusia enggan untuk menerimanya. Seperti halnya Al-Qaidah di Syam, bahkan mereka sampai ikut beraliansi bersama faksi-faksi sekular tersebut.

Padahal yang diinginkan mujahidin dalam fase ini adalah kejelasan pandangan syar’i terkait peristiwa-peristiwa yang terjadi dan ketidakinginan terjadinya pencampuran antara al-haqq dan al-bathil. Yang diinginkan adalah sebagaimana difirmankan Allah, “Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Israa` [17]: 81)

Jika kebenaran telah tiba, maka kebathilan akan lenyap. Kebenaran akan memberangus bisikan-bisikan setan dan penyesatan-penyesatan yang dilakukan para pembelanya terhadap kaum muslimin. Maka, dengan menggunakan dan mempertontonkan metode-metode kebenaran –salah satunya adalah istilah-istilah syariat– adalah cara untuk melenyapkan kebathilan, dan menendangnya jauh-jauh ke jurang terdalam.

Ketika kita telah mengetahui faktor yang membuat Daulah Islam menempati kedudukan pionir ini, maka kita akan menyadari bahwa pada fase sekarang ini ada beberapa kebutuhan dan keharusan yang wajib dijalankan oleh Daulah sebagai sebuah faktor syar’i, sehingga dapat mengembangkan umat dan memikul beban berat yang kelak akan Allah gantikan dengan kedudukan tinggi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:


Pertama, pengembangan media.

Pesan media adalah sebuah keniscayaan yang harus menyertai fase ini dan menjadi ‘teman’ pengiring setiap peristiwa. Saya melihat berbagai inisiatif baik di sejumlah pesan media para pemimpin Daulah –semoga Allah memberkahi mereka– akhir-akhir ini. Ada perhatian yang dicurahkan mereka kepada para tahanan muslim di segenap negeri, ungkapan belasungkawa, ucapan selamat, dan lain sebagainya. Namun tetap, umat di seluruh penjuru bumi selalu membutuhkan nasehat-nasehat Rabbaniyah, berbagai persoalan mereka harus di akomodir, peristiwa-peristiwa kekinian harus diberi fatwa hukum. Pesan media tidak hanya terbatas untuk satu kawasan negeri saja, tapi juga meliputi seluruh umat; beserta segala persoalan dan peristiwa yang mereka hadapi.

Kita bisa mengingat kembali bagaimana pesan-pesan media Syaikh Usamah Rahimahullahu dapat menghidupkan umat dan ikut merasakan kesedihan mereka. Tatkala terdengar suara anak kecil menangis kencang di Burma, Syaikh Usamah pun ikut bersimpati kepadanya. Sehingga seluruh umat Islam pun turut bersimpati, disebabkan pesan-pesan, seruan pembakar semangat, dan juga ungkapan duka cita yang disampaikan Syaikh Usamah untuk segenap tempat. Kemudian dunia pun senantiasa menanti pernyataan Syaikh Usamah setiap kali musibah mendera kita.

Kenapa demikian? Karena Allah memberikan keberkahan kepadanya. Allah membuat manusia mencintainya. Inilah kedudukan yang kini ditempati Amirul Mukminin Khalifah Abu Bakar Al-Baghdadi. Segenap hati manusia sangat merindukannya, bukan hanya di Syam dan Irak saja, bahkan di seluruh belahan bumi. Siapa saja yang memerhatikan realita akan mendapatkan bahwa setiap harinya banyak baiat dan dukungan berdatangan dari segala penjuru. Banyak panggilan datang silih berganti membentangkan permohonan bantuan: “Bantulah kami, wahai orang-orang mulia.” Untuk menakut-nakuti si zalim, orang yang terzhalimi kini mengancamnya dengan menyebutkan nama Khalifah Abu Bakar Al-Baghdadi dan Syaikh Al-Adnani.

Oleh sebab itu, hal yang sangat diharapkan dan diinginkan dari Khalifah Abu Bakar Al-Baghdadi adalah mengakomodir seluruh persoalan umat yang muncul ke permukaan, nasehat untuk mereka, dan menyingkap setiap konspirasi yang menohok kaum muslimin di setiap negeri. Terlebih lagi, kaum muslimin sangat mendambakan kemunculan Amirul Mukminin, menanti setiap pernyataannya, dan setiap medan jihad sangat membutuhkan setiap timbangan keputusannya. Inilah kenyataan yang ada saat ini.

Jika persoalan-persoalan umat tidak mendapat perhatian, maka ‘serigala berbulu domba’, orang-orang sesat, dan orang-orang bodohlah yang akan mengeksploitasi semuanya. Jika demikian, maka pemahaman agama manusia akan terkena dampaknya. Orang-orang jahat tersebut akan menyelewengkan mereka dari jalur yang benar. Terlebih lagi, kini tanzhim Al-Qaidah telah menyimpang dan mengubah pemahaman keagamaan orang-orang.

Di Khurasan, mereka membuat pemahaman agama orang-orang menjadi simpang siur. Mereka membisikan para muhajirin agar menjauhi kitab-kitab karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan para imam dakwah Nejed. Mereka menuduh bahwa kitab-kitab mereka sudah tidak layak untuk direalisasikan pada zaman sekarang! Salah seorang pegiat tanzhim Al-Qaidah di sana malah membagikan buku-buku Muhammad Al-Mas’ariy (ketua umum partai Hizbut Tajdid Al-Islami, tinggal di London, Penerj.) kepada para muhajir kalangan menengah ke bawah! Dia membagikan buku-buku tersebut kepada mereka seraya menyebut bahwa semua buku itu sangat bernilai dan bermanfaat! Dia berseloroh dengan bangga bahwa buku tauhid karya Al-Mas’ariy yang terakhir dicetak ada di perpustakaannya!

Secara umum, pesan media harus menyapa seluruh permasalahan umat. Ini mengingat, saat ini begitu banyak hati yang telah terbuka, serta begitu banyak kawasan tersebar di muka bumi yang siap untuk menerima pesan tersebut dan siap berperan untuk menyebarluaskannya, dengan izin Allah.

Di ranah media, terdapat banyak celah bervariasi yang dapat dimanfaatkan sehingga memberi banyak manfaat dan kebaikan bagi umat. Saya sangat bergembira menyaksikan langkah baik, berani, dan kampanye luar biasa dalam bidang media; yaitu terbentuknya lembaga produksi audio yang memproduksi tilawah Al-Qur'an, nasyid-nasyid, dan segala hal yang mengurusi rekaman audio. Sebagaimana diketahui, nasyid-nasyid perjuangan bertujuan untuk mengokohkan akidah di dalam jiwa pendengarnya dan menjaganya dari setiap sumber penyimpangan yang dapat menyelewengkan agama dan mengotori kejujurannya.

Perhatian untuk mendirikan lembaga-lembaga media milik Daulah Islam adalah persoalan penting. Prinsip yang harus dipegang; setiap kali media jihad Daulah mengambil peranan dan menutup celah-celah yang ada, dan setiap kali masyarakat jihadis terkesan dengannya, maka semakin meningkatkan perkembangannya dan menjaga akal para pemuda dari penyimpangan yang disebabkan oleh media lawan; katakanlah itu dari sebagian tanzhim.

Contohnya: jika memang terdapat celah di ranah media kita misalnya tentang majalah-majalah jihad, dan maklum bahwa majalah memiliki penggemar, pendukung, dan pecintanya. Jika kita tahu bahwa kita –misalnya– tidak memiliki majalah jihad, namun alhamdulillah kita memiliki banyak penulis. Gelombang kesusasteraan pun memenuhi seantero langit. Kita memiliki generasi penulis yang membuat kita bangga terhadap umat kita. Namun apabila mereka tidak dirangkul, lalu kira-kira siapa gerangan yang akan memfasilitasi mereka? Oleh sebab itu, kita bisa kehilangan kendali atas mereka. Sehingga mereka dapat tergerus oleh tanzhim-tanzhim yang menjadikan mereka sebagai ‘sapi perah’ demi kepentingan segenap tanzhim itu.

Saya tidak bermaksud untuk mengomentari majalah-majalah yang kepemilikannya bersifat independen atau majalah-majalah pribadi. Upaya yang telah mereka lakukan patut disyukuri. Kita sambut dengan senang hati. Maksud dari semua ini nampaknya bisa dipahami dengan jelas. Dan di sini, saya tidak hanya menghendaki adanya majalah berbahasa Arab semata, melainkan juga penerbitan majalah-majalah lain dengan berbagai bahasa berbeda, seperti Bahasa Inggris, dan bahasa-bahasa lainnya.

Tak hanya itu, kita juga harus menerbitkan majalah-majalah khusus dakwah dalam ranah ini, majalah dalam bidang militer juga, sastra, dan bidang-bidang lainnya. Jangan sampai kita hanya membatasi pada majalah-majalah konvensional yang selama ini jelas sangat bermanfaat. Dan kita juga memang sudah semestinya membentuk divisi terjemah film-film ke dalam bahasa-bahasa popular di dunia, semisal Bahasa Inggris, Perancis, Urdu, dan lain-lainnya.

Dan jangan lupa pula: kajian-kajian, ceramah, kuliah-kuliah dakwah yang selayaknya diangkat ke media. Dengan demikian, kita dapat mencegah langkah para ‘serigala berbulu domba’ di dunia jihad yang kerap membuat kekacauan. Mereka menuduh: kita tidak peduli hal-hal yang bersifat lemah-lembut dan menyenangkan, hanya memikirkan hal-hal yang bersifat kekerasan, kita hanya mengetahui jalan pedang dan darah!

Saudara-saudaraku tercinta, inilah kiranya pendapatku tentang keharusan yang dilakoni Daulah Islam pada fase sekarang ini, berkaitan khusus dengan pengembangan media.


Kedua, ekspansi operasi militer.

Semua orang sudah tahu hasil dari serangan 11 September. Bagaimana kita bisa memobilisasi umat yang ada, terutama setelah agresi militer AS terhadap Afghanistan dan Irak. Serangan semacam ini mampu menggelorakan umat dan memobilisasi umat ke dalam satu barisan.

Dengan demikian, kita jangan lupa ketika Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi menyembelih tentara kafir AS. Betapa beliau telah menghidupkan sunnah menyembelih di tengah-tengah umat. Sungguh saya dan siapapun yang mendukung Daulah Islam merasa kagum menyaksikan penyerangan terhadap Syiah Rafidhah di sejumlah kawasan di luar dua front Syam dan Irak. Pertempuran bersifat lokal melebar menjadi global. Hal ini merupakan pertanda baik. Sehingga misi dan tujuan kaum Yahudi dan Nasrani di seluruh dunia akhirnya terkuak. Tujuan-tujuan yang dari Syiah Rafidhah nampak lebih sederhana dan mudah, sehingga mereka bisa segera dihajar.

Sepertinya tidak terlalu sulit untuk menghajar mereka di Pakistan, misalnya. Ini mengingat, mereka tidak mendapatkan perlindungan cukup signifikan. Bahkan keberadaan mereka cukup mudah diketahui. Hal demikian juga terjadi di negara-negara lainnya, di mana anak-anak mut’ah itu tidak mendapatkan perlindungan yang besar dari pihak pemerintah. Dengan demikian, Anda dapat segera memobilisasi umat untuk menghabisi mereka, dan ini lebih mudah daripada harus menghajar kaum Yahudi. Karena diamnya thaghut yang cuek terhadap kejahatan-kejahatan Syiah Rafidhah membuat umat mengalami frustrasi dan tidak percaya kepada institusi.

Saya pernah berbincang-bincang dengan seseorang yang sudah sepuh di Jazirah Arab mengenai kasus Syiah Rafidhah Di Madinah pada tahun 1430 H. Bagaimana para ikhwan yang taat beragama (multazimin) melukai orang-orang Rafidhah dan membalas tindakan kesewenang-wenangan mereka, namun pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa. Salah seorang ikhwan mengatakan kepadaku, “Para ikhwan yang akan melawan Syiah Rafidhah.”

Lihatlah, betapa mereka tidak percaya kepada thaghut. Sehingga membuat masyarakat menaruh dukungan mereka kepada para ikhwan. Jadi seandainya salah seorang ikhwan memerangi Rafidhah, maka umat akan berdiri mendukungnya. Fenomena yang terjadi di Syam menjadi sebaik-baik bukti atas hal ini. Tidak ada yang mampu menanggulangi beban ini (baca: kesewenang-wenangan Syiah) selain para singa dan umaro (pemimpin) Daulah Islam –semoga Allah memuliakan mereka. Karena menganggap Syiah Rafidhah adalah kaum musyrikin penjahat yang melakukan perlawanan bersenjata, dan wajib diperangi. Oleh karena itu, mereka akan memerangi kaum Syiah Rafidhah di mana pun mereka berada.

Sementara tanzhim-tanzhim lain –semisal Al-Qaidah– tidak menganggap kaum Syiah Rafidhah seperti tadi. Mereka bahkan menganggap bahwa kaum awam Syiah Rafidhah sebagai muslim yang terjaga darahnya. Makanya, mereka tidak akan pernah memerangi Syiah Rafidhah sebagi sebuah kelompok. Padahal sikap tersebut akan membuat kita menyesal. Jangan sampai Anda membiarkan musuh merasa aman sejenak pun. Karena jika Anda membiarkan mereka merasa nyaman, maka Anda niscaya akan kecewa. Masyarakat awam Syiah adalah center of gravity (pusat massa) di kalangan Rafidhah, merekalah sejatinya ‘mesin’ utama dalam pertempuran. Belum lagi soal kesyirikan mereka, cacian mereka kepada Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, dan pelanggaran terhadap kehormatannya!

Terakhir, saya mengingatkan saudara-saudaraku sekalian bahwa beban sangatlah berat. Tidak ada yang dapat memikulnya selain kalian, wahai singa-singa Daulah Islam. Hendaklah kalian menjaga keikhlasan dan memiliki kesabaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadi pelindung kalian.

Akhir seruanku; segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam untuk Rasulullah Sang Terpercaya.

Penulis,
Abu Hamid Al-Barqawi

Judul Asli : الدولة الإسلامية و المكانة الريادة
Naskah asli : https://justpaste.it/fbv2
Sumber terjemah : http://justpaste.it/l0f7







No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Rasulullah s.a.w. bersabda, maksudnya: “Hikmat itu barang kepunyaan mukmin yang hilang, di mana didapatinya, maka dia yang berhak atasnya.” ( H. R. Imam At-Tirmizi )