Al-Adnani Media (www.al-adnani.blogspot.com) - Mu'assasah
Al-Battar merilis sebuah artikel bertajuk "Ad-Daulah Al-Islaamiyah Wal
Makaanah Ar-Riyaadah". Artikel yang ditulis oleh Al-Akh Abu Hamid
Al-Barqawi ini menghadirkan tesis bahwa menurutnya ada 5 faktor yang menjadikan
Daulah Islamiyah bisa eksis dan terus tumbuh berkembang ke hati ummat Islam
diseluruh dunia.
Selain memuji, sang penulis juga memberikan 2 masukan agar
Daulah Islamiyah bisa semakin melesat di kancah perjuangan ini. Seperti apa
selengkapnya, berikut naskah yang diterjemah oleh Abana Ghaida. Selamat
menyimak, semoga bermanfaat!
***
Mu'assasah Al-Battar Al-I'lamiyah
Mempersembahkan
"Ad-Daulah
Al-Islaamiyah Wal Makaanah Ar-Riyaadah"
Daulah Islam di Garis
Terdepan Perjuangan
Oleh: Abu Hamid Al-Barqawi
Alih Bahasa : Abana Ghaida
Bismillâhir-rahmânir-rahîm
Tidak samar lagi, siapapun dapat menyaksikan pencapaian
Daulah Islam yang kini menempati kedudukan tinggi di kancah jihad, memegang
kendali dalam peta perjuangan, dan melesat posisinya ke garis terdepan
perjuangan. Hampir seluruh masyarakat jihadis saat ini bergabung bersama Daulah
Islam. Bahkan hebatnya, popularitas Daulah Islam kini telah merambah ke
berbagai belahan dunia yang sebelumnya tidak pernah kita duga untuk bisa sampai
ke sana , semisal negeri-negeri di Eropa dan Asia .
Khalifah menutup celah yang ditinggalkan kelompok Sururiyah
serta kelompok-kelompok berakidah menyimpang, seperti Hizbul Ummah (Partai
Umat) Kuwait .
Publik jihadis menyimak dengan seksama setiap arahan Amirul Mukminin Abu Bakar
Al-Baghdadi dan mengadopsi setiap tesis yang dikeluarkannya. Setiap mujahid
menjadikan arahan-arahan Khalifah sebagai tumpuan dalam jihad mereka.
Pada sosok tiada banding Sang Khalifah, umat seakan-akan
menemukan kembali barang berharga yang sebelumnya hilang. Apabila Allah
memberikan kemudahan kepadanya, maka beliau mampu menaklukkan sejumlah negeri
di berbagai belahan bumi. Ini mengingat, Khalifah Al-Baghdadi memiliki
komponen-komponen penting untuk tampil sebagai ikon segenap perjuangan umat.
Pun demikian, beliau menguasai negeri yang memiliki berbagai elemen untuk
menopang misi tersebut.
Jangan dilupakan juga peranan ‘sang ksatria’ yang setiap
rilisan dan pidato-pidatonya tak ubahnya bahan bakar pertempuran dan selalu
ditunggu-tunggu oleh umat. Ya, dialah Juru Bicara Resmi Daulah Khilafah
Islamiyah Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani yang mengingatkan umat akan sosok Syaikh
Abu Mush’ab Az-Zarqawi Rahimahullahu. Betapa pidato-pidatonya senantiasa
mengangkat umat dari keterpurukan, sehingga umat pun bergerak menuju jalan
lurus dan petunjuk. Syaikh Al-Adnani tampil sebagai sosok penggerak umat, sosok
penyingkap kebusukan kaum munafik yang ada di tubuh umat, sebagaimana dilakukan
pendahulunya, yaitu Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi Taqabbalahullahu.
Kita pun menjadi bertanya-tanya; bagaimana bisa Daulah Islam
menempati kedudukan superior dan pionir, merangkul sedemikian banyak pendukung,
serta menaklukkan berbagai negeri, di tengah upaya distorsi yang menerpanya?!
Sebelum pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab, saya mencoba
untuk merangkum proses independensi Daulah Islam bersama berbagai aliran jihad;
bagaimana terjadinya? Bagaimana terbentuk?
Tidak samar lagi bagi siapapun, tatkala Daulah Islam
dideklarasikan di Irak dan Syam, maka deklarasi penuh keberkahan tersebut
dengan cepat memperlihatkan berbagai hasil manisnya kepada kita. Melalui
hasil-hasil tersebut, banyak mujahid kemudian bergabung ke dalamnya, sehingga
panji Daulah Islam pun tegak berkibar di atas markas musuh.
Waktu pun bergulir, Daulah terkena tikaman pisau-pisau
pengkhianatan dari Al-Jaulani dan gerombolan para perusuh. Hanya saja, Allah
pun membalas semua tipu daya tersebut berbalik menghantam leher mereka. Banyak
dari mereka yang memilih tetap bergabung bersama Al-Jaulani, namun tidak
sedikit pula yang kemudian berpindah ke Daulah Islam.
Selanjutnya, datanglah pesan suram yang di dalamnya berisi
vonis dari DR. Aiman Azh-Zhawahiri. Namun setelah itu muncullah pesan audio
bantahan dari Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Baghdadi terhadap pesan yang
disampaikan DR. Aiman, melalui kalimat-kalimat yang gamblang, mudah dipahami,
dan memuat di dalamnya berbagai keterangan bersifat manhaji (metodologis) dan
syar’i. Dari pesan Khalifah Al-Baghdadi itu, para mujahidin menggarisbawahi
bahwa ternyata persoalan manhaj lebih menyeruak ketimbang masalah yang sifatnya
tanzhim (keorganisasian).
Kemudian disusul pesan audio yang menggemparkan dari Syaikh
Al-Adnani berjudul Fadzarhum Wa Ma Yaftarun (Maka tinggalkanlah mereka dan apa
yang mereka ada-adakan). Pesan ini seolah-olah menjadi syarh (penjelas) bagi
pesan Amirul Mukminin sebelumnya. Dan bukan rahasia lagi, saya pun sangat
terkejut ketika menyimak pesan Syaikh Al-Adnani tersebut, seraya diiringi
perasaan bersedih dan marah; bagaimana bisa Sang Doktor menyalahkan dan
mencelanya?! Akan tetapi, kemudian gambaran pun semakin jelas bagiku, dan saya
menyadari bahwa kalimat-kalimat di dalam pesan Jubir Resmi Daulah Islam itu
adalah kebenaran nyata. Segala puji bagi Allah atas semua karunia ini.
Selanjutnya, situasi pun membaik. Daulah Islam eksis di
Syam, pun demikian tanzhim Al-Qaidah pun hadir di Syam. Situasi berjalan
sebagaimana adanya. Sampai akhirnya keluarlah keputusan dari al-qiyadah
al-‘ammah (komando umum) Al-Qaidah, yang di dalamnya memuat keputusan berlepas
diri (baraa`) dari Daulah Islam, dan menamainya dengan “Jamaah Daulah”! Sungguh
mengherankan, dari mana datangnya pemikiran ngaco ini?! Kemarin menyebut
“daulah”, namun hari ini menyebut “jamaah”?!
Oleh karena itu, jadilah Daulah Islam berada di satu front,
dan Al-Qaidah berada di front lainnya. Sehingga ‘nilai saham’ Daulah Islam pun
semakin meningkat tajam, karena telah berdiri independen dan merdeka dari
segenap jamaah atau kekuasaan amir jamaah yang memiliki pengaruh dalam setiap
keputusan. Tak pelak, para anshar Daulah yang juga bersimpati kepada tanzhim
Al-Qaidah lebih memilih sikap bersama tanzhim dan para petingginya.
Mayoritas publik jihadis pun bersikap tak ubahnya tindakan
tanzhim terhadap Daulah. Mereka kadang menyebut Daulah bersikap “ghuluw”
(ekstrem), kadang menyebutnya sebagai “Khawarij”, kadang mengatakan bahwa
Daulah menolak tahkim (arbitrase) kepada syariat Islam, serta berbagai tuduhan
keji lainnya yang tadinya tersembunyi di ‘gudang bawah tanah’ Al-Qaidah, dan
berhamburan muncul ke permukaan pasca terbunuhnya Syaikh Usamah bin Ladin
Rahimahullahu. Lâ haula wa lâ quwwata illa billah.
Kita kembali ke
pertanyaan sebelumnya; bagaimana Daulah Islam dapat menempati kedudukan
superior dan pionir?
Saya mencoba untuk berijtihad dan memutar otak untuk
menjawab pertanyaan di atas. Saya meringkas sedikitnya ada lima faktor yang dapat dikemukakan kepada semua
saudara dan saudariku sekalian. Semoga Allah menjadikan penjelasan ini
bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin.
1. Taufik (petunjuk)
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apakah ada hal yang lebih indah dari taufik (petunjuk)
Allah?! Sungguh beruntung orang yang Allah beri petunjuk kepada kebaikan.
Tengoklah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, betapa Allah telah memberinya petunjuk.
Melalui Ibnu Taimiyah, banyak manusia kemudian mendapatkan hidayah. Kitab-kitab
karyanya benar-benar bermanfaat di seluruh negeri.
Satu orang saja sudah sedemikian bermanfaatnya, maka
terlebih lagi dengan Daulah Islam yang mempunyai banyak balatentara dan
komandan mumpuni?! Dan yang paling utama, mereka memiliki akidah yang lurus,
berucap dan bertindak hati-hati demi mengharap keridhaan Allah, guna
mendapatkan surga Allah Sang Pemilik Asmaul Husna.
2. Akidah kokoh.
Semua mengetahui akidah saudara-saudara kita di Daulah
Islam. Bahkan sejak masa Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi, sudah sedemikian kokoh
dan teguhnya akidah mereka. Mereka tidak memberi udzur jahil kepada kaum
musyrikin dalam persoalan syirik akbar. Mereka menyatakan bahwa Syiah Rafidhah
adalah kelompok musyrik pelaku kriminal yang melakukan perlawanan bersenjata
(thaa`ifah mumtani’ah bi asy-syaukah), dan menjuluki mereka dengan “Majusi”.
Tiada beda antara orang awam dan ulama syiah mereka, karena mereka sama-sama
kafir.
Inilah yang membedakan mereka dengan tanzhim Al-Qaidah
pimpinan DR. Aiman. Pasalnya, tanzhim menyatakan bahwa kaum awam Syiah Rafidhah
masih dianggap sebagai kaum muslim, sehingga darah mereka terjaga, pun demikian
dengan kaum Syiah Shafawi di Irak! Persoalan inilah yang menjadi pemicu
perselisihan utama antara Daulah Islam dengan Al-Qaidah. Dengan demikian,
perselisihan dalam soal manhaj lebih mengemuka dibandingkan persoalan yang
bersifat tanzhim.
Saudara dan saudariku tercinta, tema udzur jahil merupakan
pembahasan syar’i. Pelajarilah tema tersebut di dalam kitab-kitab para ulama
dan imam dakwah Nejed, sehingga Anda bisa mendapatkan banyak manfaat luar biasa
di dalam kitab-kitab tersebut. Para ulama
Nejed Rahimahumullahu mengambil dalil berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, serta
petunjuk salafush-shalih umat ini.
Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi pernah bercerita kepadaku,
bahwa dirinya benar-benar menaruh perhatian kepada kitab-kitab mereka, dan juga
menjadi pedoman dalam berbagai persoalan. Syaikh Az-Zarqawi menjadi panutan
yang diteladani para kombatan, komandan, dan individu di Daulah Islam.
3. Garis demarkasi
(pemisah) tegas dengan musuh-musuhnya.
Garis demarkasi (pemisah) dan permusuhan tegas terhadap
orang-orang kafir dan munafik menjadi salah satu keunggulan Daulah Islam, dan
juga menjadi ciri khas orang-orang bertauhid. Allah berfirman, “Ketika mereka
berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu
dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (Al-Mumtahanah [60]: 4)
Di saat orang-orang yang mengklaim berafiliasi kepada jihad
muncul dan menyerukan bahwa tentara Mesir adalah orang-orang baik, lalu mereka
berceloteh bahwa Mesir tidak layak untuk dijadikan arena peperangan, serta
jalan paling baik dan cocok menurut mereka adalah dengan jalan as-silmiyyah
(perdamaian), di saat itu pula muncullah Syaikh Al-Adnani mendeklarasikan
permusuhan tegas terhadap rezim dan tentara kafir Mesir. Mereka adalah
orang-orang kafir.
Siapa saja yang menyerukan tidak akan memerangi tentara
Mesir yang jelas-jelas melindungi kepentingan Yahudi, maka tidaklah dia berkata
seperti itu, melainkan dia bukanlah orang yang berakal. Dia tidak memahami
hukum-hukum syariat. Jelas seruan tersebut memiliki dampak besar bagi
mujahidin. Mustahil bagi saya untuk menyaksikan musuh menyembelih leherku dan
leher-leher umatku, lalu di saat yang bersamaan seseorang dengan entengnya menyerukan:
“Perdamaian!”
Segala puji bagi Allah. Para
petinggi Daulah Islam memahami betul proyek keji ini, yaitu proyek penggerusan
dan pereduksian akidah melalui ranah emosi. Sebuah perkara yang sering
diucapkan para dai dan petinggi jihad semisal Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri. Di
antara hal-hal terpuji dari seruan audio As-Silmiyyah Dinun Man adalah seperti
menghadapi sekawanan pembajak rombongan revolusi-revolusi Timur Tengah,
kemudian mengarahkan semuanya dengan tampilan kebaikan dan keselamatan bagi umat
kita, berdasarkan prediksi mereka bahwa hal demikian dapat menarik simpati
publik dan rakyat, sehingga mereka melakukan upaya rasionalisasi terhadapnya.
Sedangkan Daulah Islam memandang mustahil melakukan upaya
pendekatan kepada musuh, kemudian ‘menghasi’ musuh demi menarik keuntungan
berupa dukungan publik. Allah Maha Tahu bagaimana hasil dan keuntungannya!
4. Slogan yang jelas.
Ketika Anda mendengar tentang Daulah Islam, maka secara
langsung yang terbayang di benak adalah “khilafah”, cara-cara untuk mengembalikannya,
dan upaya tak kenal lelah untuk membangun fondasi-fondasinya. Semoga Allah
membalas kebaikan Amirul Mukminin, tatkala kekuasaan Daulah melebar ke negeri
Syam. Sang Khalifah telah mengingatkan umat akan kegemilangan masa silam yang
sempat dirampas musuh sejak berabad-abad lamanya.
Seluruh pesan yang disampaikan Daulah Islam merefleksikan
upaya penegakan Khilafah Islamiyah, dan bukan sekadar isapan jempol guna
memuaskan publik dan menyemai dukungan mereka. Karena di dalam pesan-pesan
tersebut benar-benar memuat berbagai unsur penegakan khilafah, semisal
persyaratan seorang khalifah adalah berasal dari suku Quraisy, pun demikian
dengan pendahulunya yang telah ikut serta dalam upaya implementasi syariat,
lalu juga terdapat rekomendasi baik dari seluruh pemimpin jihad semisal Syaikh
Usamah bin Ladin Rahimahullahu yang sampai waktu terbunuhnya tidak pernah
sekali pun mendapatkan delik aduan dari mujahidin, sebagaimana para pemimpin
jihad lainnya.
Selain itu, unsur lainnya adalah Daulah Islam di Irak dan
Syam juga memiliki asy-syaukah (kekuatan) yang menjadi elemen utama dalam
penegakan khilafah. Ini mengingat, Daulah memiliki legiun jihad terbesar,
banyaknya balatentara yang ingin berjihad, ditambah lagi dengan kehadiran ‘sel
tidur' dan ‘akar rumput’ jihadis di setiap negeri kaum muslimin.
Demikian pula dengan pihak (musuh) yang merasakan betul
kekuatan dan kesulitan dalam memerangi mujahidin Daulah Islam. Betapa sulitnya
melawan mereka. Musuh seolah pasrah menyadari bahwa para mujahid Daulah sanggup
memuluskan proyek apapun yang mereka inginkan. Fakta menjadi bukti terbaik
dalam hal ini. Tengoklah Irak; bagaimana Amerika Serikat (AS) dan para
sekutunya hancur porak-poranda. Sepeninggal mereka sekarang ini, ada kaum
Majusi Syiah Rafidhah yang dipaksa kabur dari kawasan-kawasan mayoritas
berpenduduk Sunni.
Dan di saat yang sama, mujahidin tengah bersiap untuk
menyerbu Baghdad .
Begitu juga di Syam; saat ini berlangsung fase “kami memerangi mereka dan
mereka takkan lagi memerangi kami”. Hampir seluruh kawasan di Utara dan Timur
Syam telah dikuasai Daulah Islam. Kekuatan militer Daulah sukses menaklukkan
berbagai wilayah. Tak hanya itu, kemampuan finansialnya juga terbukti mampu
menggelontorkan biaya ke sejumlah frotn pertempuran dalam satu waktu.
Jadi, secara umum, kondisi finansial sudah stabil dan mampu
menutupi biaya dalam jumlah sangat besar. Bagi orang yang memerhatikan realita;
dia akan mendapatkan bahwa Daulah memiliki kemampuan mumpuni dan profesional
dalam mengatur wilayah-wilayah yang telah ditaklukkan. Sejatinya, bukanlah
perkara mudah untuk me-manage (mengatur) wilayah, mengoperasikan
layanan-layanan masyarakat, dan membuat kesejahteraan secara merata melalui
kedermawanannya.
Dan mereka yang hidup di bawah naungan Daulah Islam mengetahui
betapa nyamannya masyarakat atas manajemen Daulah di wilayah-wilayah yang telah
ditaklukkannya. Padahal persoalan inilah yang selama ini senantiasa menjadi
dilema bagi jamaah-jamaah jihad. Kegelisahan yang selalu menghantui mereka;
yaitu kekhawatiran jika nanti tidak mampu mempersembahkan kelayakan hidup untuk
masyarakat. Namun hal inilah yang justru berhasil disukseskan oleh tentara
Daulah Islam dalam waktu singkat. Namun pada permulaan dan akhir, semua
anugerah itu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Istilah-istilah
syar’i yang mudah dipahami dalam setiap pesan media.
Faktor lainnya adalah bahasa pesan media yang sangat jelas;
jauh dari kerumitan-kerumitan verbal dan istilah-istilah kontemporer yang tidak
dipahami audiens. Sebaliknya, yang berlaku adalah penggunaan istilah-istilah
syariat yang tidak ambigu (bermakna banyak), semisal terminologi (istilah)
“murtad” dan istilah-istilah syariat lainnya yang mencerahkan pemikiran para
audiens, sehingga mereka tidak mengeluh kebingungan: “Apakah maksudnya adalah
ini, ini, atau ini?”
Perhatikanlah pesan-pesan yang disampaikan para pemimpin
jamaah-jamaah jihad lain. Bahkan untuk memahami secuil pesan saja, para audiens
sangat kesulitan, sehingga mereka seperti terombang-ambing. Akhirnya mereka
hanya bisa menerka-nerka: “Oh mungkin maksud syaikh adalah begini…”. Ini
disebabkan rumitnya penjelasan si syaikh. Sehingga satu kalimat saja perlu
penafsiran ratusan kali. Sampai-sampai seandainya seseorang menghadirkan kamus
untuk mengurai ungkapan-ungkapan kiasan, maka barulah dia mendapatkan manfaat.
Jelas hal demikian merupakan penyesatan terhadap umat, membuat mereka
simpang-siur, hanya demi kepentingan-kepentingan tanzhim!
Hal penting yang dilakukan Daulah Islam sehingga bisa
‘digandrungi’ para pendengar dan penonton adalah karena mereka merasakan
kejelasan dari gagasan dan cara penyampaiannya, serta bagaimana Daulah
menerangkan berbagai fakta. Contohnya adalah ketika muncul pesan audio Syaikh
Al-Adnani. Syaikh secara terang-benderang menyebutkan untuk kita nama institusi
di Syam, dengan nama-nama yang jelas. Syaikh Al-Adnani mengatakan,
“Sesungguhnya bagi kami Staf Jenderal Militer Syrian National Council (SNC)
adalah kelompok murtad. Barangsiapa bekerjasama bersama mereka untuk melawan
mujahidin, maka dia sama seperti mereka dan akan menjadi target kami.”
Adapun para pemimpin kelompok jihad yang lain, mereka
terkadang mengelak dan gugup untuk mengalihkan pembicaraan dan untuk
menerangkan secara gamblang tentang kondisi kelompok-kelompok tersebut. Inilah
yang akhirnya membuat manusia enggan untuk menerimanya. Seperti halnya
Al-Qaidah di Syam, bahkan mereka sampai ikut beraliansi bersama faksi-faksi
sekular tersebut.
Padahal yang diinginkan mujahidin dalam fase ini adalah
kejelasan pandangan syar’i terkait peristiwa-peristiwa yang terjadi dan
ketidakinginan terjadinya pencampuran antara al-haqq dan al-bathil. Yang
diinginkan adalah sebagaimana difirmankan Allah, “Dan katakanlah: "Yang
benar telah datang dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Israa` [17]: 81)
Jika kebenaran telah tiba, maka kebathilan akan lenyap.
Kebenaran akan memberangus bisikan-bisikan setan dan penyesatan-penyesatan yang
dilakukan para pembelanya terhadap kaum muslimin. Maka, dengan menggunakan dan
mempertontonkan metode-metode kebenaran –salah satunya adalah istilah-istilah
syariat– adalah cara untuk melenyapkan kebathilan, dan menendangnya jauh-jauh
ke jurang terdalam.
Ketika kita telah mengetahui faktor yang membuat Daulah
Islam menempati kedudukan pionir ini, maka kita akan menyadari bahwa pada fase
sekarang ini ada beberapa kebutuhan dan keharusan yang wajib dijalankan oleh
Daulah sebagai sebuah faktor syar’i, sehingga dapat mengembangkan umat dan
memikul beban berat yang kelak akan Allah gantikan dengan kedudukan tinggi.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:
Pertama, pengembangan
media.
Pesan media adalah sebuah keniscayaan yang harus menyertai
fase ini dan menjadi ‘teman’ pengiring setiap peristiwa. Saya melihat berbagai
inisiatif baik di sejumlah pesan media para pemimpin Daulah –semoga Allah
memberkahi mereka– akhir-akhir ini. Ada
perhatian yang dicurahkan mereka kepada para tahanan muslim di segenap negeri,
ungkapan belasungkawa, ucapan selamat, dan lain sebagainya. Namun tetap, umat
di seluruh penjuru bumi selalu membutuhkan nasehat-nasehat Rabbaniyah, berbagai
persoalan mereka harus di akomodir, peristiwa-peristiwa kekinian harus diberi
fatwa hukum. Pesan media tidak hanya terbatas untuk satu kawasan negeri saja,
tapi juga meliputi seluruh umat; beserta segala persoalan dan peristiwa yang
mereka hadapi.
Kita bisa mengingat kembali bagaimana pesan-pesan media
Syaikh Usamah Rahimahullahu dapat menghidupkan umat dan ikut merasakan
kesedihan mereka. Tatkala terdengar suara anak kecil menangis kencang di Burma ,
Syaikh Usamah pun ikut bersimpati kepadanya. Sehingga seluruh umat Islam pun
turut bersimpati, disebabkan pesan-pesan, seruan pembakar semangat, dan juga
ungkapan duka cita yang disampaikan Syaikh Usamah untuk segenap tempat.
Kemudian dunia pun senantiasa menanti pernyataan Syaikh Usamah setiap kali
musibah mendera kita.
Kenapa demikian? Karena Allah memberikan keberkahan
kepadanya. Allah membuat manusia mencintainya. Inilah kedudukan yang kini
ditempati Amirul Mukminin Khalifah Abu Bakar Al-Baghdadi. Segenap hati manusia
sangat merindukannya, bukan hanya di Syam dan Irak saja, bahkan di seluruh
belahan bumi. Siapa saja yang memerhatikan realita akan mendapatkan bahwa
setiap harinya banyak baiat dan dukungan berdatangan dari segala penjuru.
Banyak panggilan datang silih berganti membentangkan permohonan bantuan:
“Bantulah kami, wahai orang-orang mulia.” Untuk menakut-nakuti si zalim, orang
yang terzhalimi kini mengancamnya dengan menyebutkan nama Khalifah Abu Bakar
Al-Baghdadi dan Syaikh Al-Adnani.
Oleh sebab itu, hal yang sangat diharapkan dan diinginkan
dari Khalifah Abu Bakar Al-Baghdadi adalah mengakomodir seluruh persoalan umat
yang muncul ke permukaan, nasehat untuk mereka, dan menyingkap setiap
konspirasi yang menohok kaum muslimin di setiap negeri. Terlebih lagi, kaum
muslimin sangat mendambakan kemunculan Amirul Mukminin, menanti setiap
pernyataannya, dan setiap medan
jihad sangat membutuhkan setiap timbangan keputusannya. Inilah kenyataan yang
ada saat ini.
Jika persoalan-persoalan umat tidak mendapat perhatian, maka
‘serigala berbulu domba’, orang-orang sesat, dan orang-orang bodohlah yang akan
mengeksploitasi semuanya. Jika demikian, maka pemahaman agama manusia akan
terkena dampaknya. Orang-orang jahat tersebut akan menyelewengkan mereka dari
jalur yang benar. Terlebih lagi, kini tanzhim Al-Qaidah telah menyimpang dan
mengubah pemahaman keagamaan orang-orang.
Di Khurasan, mereka membuat pemahaman agama orang-orang
menjadi simpang siur. Mereka membisikan para muhajirin agar menjauhi
kitab-kitab karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan para imam dakwah Nejed.
Mereka menuduh bahwa kitab-kitab mereka sudah tidak layak untuk direalisasikan
pada zaman sekarang! Salah seorang pegiat tanzhim Al-Qaidah di sana
malah membagikan buku-buku Muhammad Al-Mas’ariy (ketua umum partai Hizbut
Tajdid Al-Islami, tinggal di London ,
Penerj.) kepada para muhajir kalangan menengah ke bawah! Dia membagikan
buku-buku tersebut kepada mereka seraya menyebut bahwa semua buku itu sangat
bernilai dan bermanfaat! Dia berseloroh dengan bangga bahwa buku tauhid karya
Al-Mas’ariy yang terakhir dicetak ada di perpustakaannya!
Secara umum, pesan media harus menyapa seluruh permasalahan
umat. Ini mengingat, saat ini begitu banyak hati yang telah terbuka, serta
begitu banyak kawasan tersebar di muka bumi yang siap untuk menerima pesan
tersebut dan siap berperan untuk menyebarluaskannya, dengan izin Allah.
Di ranah media, terdapat banyak celah bervariasi yang dapat
dimanfaatkan sehingga memberi banyak manfaat dan kebaikan bagi umat. Saya
sangat bergembira menyaksikan langkah baik, berani, dan kampanye luar biasa
dalam bidang media; yaitu terbentuknya lembaga produksi audio yang memproduksi
tilawah Al-Qur'an, nasyid-nasyid, dan segala hal yang mengurusi rekaman audio.
Sebagaimana diketahui, nasyid-nasyid perjuangan bertujuan untuk mengokohkan
akidah di dalam jiwa pendengarnya dan menjaganya dari setiap sumber
penyimpangan yang dapat menyelewengkan agama dan mengotori kejujurannya.
Perhatian untuk mendirikan lembaga-lembaga media milik
Daulah Islam adalah persoalan penting. Prinsip yang harus dipegang; setiap kali
media jihad Daulah mengambil peranan dan menutup celah-celah yang ada, dan
setiap kali masyarakat jihadis terkesan dengannya, maka semakin meningkatkan
perkembangannya dan menjaga akal para pemuda dari penyimpangan yang disebabkan
oleh media lawan; katakanlah itu dari sebagian tanzhim.
Contohnya: jika memang terdapat celah di ranah media kita
misalnya tentang majalah-majalah jihad, dan maklum bahwa majalah memiliki
penggemar, pendukung, dan pecintanya. Jika kita tahu bahwa kita –misalnya–
tidak memiliki majalah jihad, namun alhamdulillah kita memiliki banyak penulis.
Gelombang kesusasteraan pun memenuhi seantero langit. Kita memiliki generasi
penulis yang membuat kita bangga terhadap umat kita. Namun apabila mereka tidak
dirangkul, lalu kira-kira siapa gerangan yang akan memfasilitasi mereka? Oleh
sebab itu, kita bisa kehilangan kendali atas mereka. Sehingga mereka dapat
tergerus oleh tanzhim-tanzhim yang menjadikan mereka sebagai ‘sapi perah’ demi
kepentingan segenap tanzhim itu.
Saya tidak bermaksud untuk mengomentari majalah-majalah yang
kepemilikannya bersifat independen atau majalah-majalah pribadi. Upaya yang
telah mereka lakukan patut disyukuri. Kita sambut dengan senang hati. Maksud
dari semua ini nampaknya bisa dipahami dengan jelas. Dan di sini, saya tidak
hanya menghendaki adanya majalah berbahasa Arab semata, melainkan juga
penerbitan majalah-majalah lain dengan berbagai bahasa berbeda, seperti Bahasa
Inggris, dan bahasa-bahasa lainnya.
Tak hanya itu, kita juga harus menerbitkan majalah-majalah
khusus dakwah dalam ranah ini, majalah dalam bidang militer juga, sastra, dan
bidang-bidang lainnya. Jangan sampai kita hanya membatasi pada majalah-majalah
konvensional yang selama ini jelas sangat bermanfaat. Dan kita juga memang
sudah semestinya membentuk divisi terjemah film-film ke dalam bahasa-bahasa
popular di dunia, semisal Bahasa Inggris, Perancis, Urdu, dan lain-lainnya.
Dan jangan lupa pula: kajian-kajian, ceramah, kuliah-kuliah
dakwah yang selayaknya diangkat ke media. Dengan demikian, kita dapat mencegah
langkah para ‘serigala berbulu domba’ di dunia jihad yang kerap membuat
kekacauan. Mereka menuduh: kita tidak peduli hal-hal yang bersifat lemah-lembut
dan menyenangkan, hanya memikirkan hal-hal yang bersifat kekerasan, kita hanya
mengetahui jalan pedang dan darah!
Saudara-saudaraku tercinta, inilah kiranya pendapatku
tentang keharusan yang dilakoni Daulah Islam pada fase sekarang ini, berkaitan
khusus dengan pengembangan media.
Kedua, ekspansi
operasi militer.
Semua orang sudah tahu hasil dari serangan 11 September.
Bagaimana kita bisa memobilisasi umat yang ada, terutama setelah agresi militer
AS terhadap Afghanistan
dan Irak. Serangan semacam ini mampu menggelorakan umat dan memobilisasi umat
ke dalam satu barisan.
Dengan demikian, kita jangan lupa ketika Syaikh Abu Mush’ab
Az-Zarqawi menyembelih tentara kafir AS. Betapa beliau telah menghidupkan
sunnah menyembelih di tengah-tengah umat. Sungguh saya dan siapapun yang
mendukung Daulah Islam merasa kagum menyaksikan penyerangan terhadap Syiah
Rafidhah di sejumlah kawasan di luar dua front Syam dan Irak. Pertempuran
bersifat lokal melebar menjadi global. Hal ini merupakan pertanda baik.
Sehingga misi dan tujuan kaum Yahudi dan Nasrani di seluruh dunia akhirnya
terkuak. Tujuan-tujuan yang dari Syiah Rafidhah nampak lebih sederhana dan
mudah, sehingga mereka bisa segera dihajar.
Sepertinya tidak terlalu sulit untuk menghajar mereka di Pakistan ,
misalnya. Ini mengingat, mereka tidak mendapatkan perlindungan cukup
signifikan. Bahkan keberadaan mereka cukup mudah diketahui. Hal demikian juga
terjadi di negara-negara lainnya, di mana anak-anak mut’ah itu tidak
mendapatkan perlindungan yang besar dari pihak pemerintah. Dengan demikian,
Anda dapat segera memobilisasi umat untuk menghabisi mereka, dan ini lebih
mudah daripada harus menghajar kaum Yahudi. Karena diamnya thaghut yang cuek
terhadap kejahatan-kejahatan Syiah Rafidhah membuat umat mengalami frustrasi
dan tidak percaya kepada institusi.
Saya pernah berbincang-bincang dengan seseorang yang sudah
sepuh di Jazirah Arab mengenai kasus Syiah Rafidhah Di Madinah pada tahun 1430
H. Bagaimana para ikhwan yang taat beragama (multazimin) melukai orang-orang
Rafidhah dan membalas tindakan kesewenang-wenangan mereka, namun pemerintah
tidak bisa berbuat apa-apa. Salah seorang ikhwan mengatakan kepadaku, “Para ikhwan yang akan melawan Syiah Rafidhah.”
Lihatlah, betapa mereka tidak percaya kepada thaghut.
Sehingga membuat masyarakat menaruh dukungan mereka kepada para ikhwan. Jadi
seandainya salah seorang ikhwan memerangi Rafidhah, maka umat akan berdiri
mendukungnya. Fenomena yang terjadi di Syam menjadi sebaik-baik bukti atas hal
ini. Tidak ada yang mampu menanggulangi beban ini (baca: kesewenang-wenangan Syiah)
selain para singa dan umaro (pemimpin) Daulah Islam –semoga Allah memuliakan
mereka. Karena menganggap Syiah Rafidhah adalah kaum musyrikin penjahat yang
melakukan perlawanan bersenjata, dan wajib diperangi. Oleh karena itu, mereka
akan memerangi kaum Syiah Rafidhah di mana pun mereka berada.
Sementara tanzhim-tanzhim lain –semisal Al-Qaidah– tidak
menganggap kaum Syiah Rafidhah seperti tadi. Mereka bahkan menganggap bahwa
kaum awam Syiah Rafidhah sebagai muslim yang terjaga darahnya. Makanya, mereka tidak
akan pernah memerangi Syiah Rafidhah sebagi sebuah kelompok. Padahal sikap
tersebut akan membuat kita menyesal. Jangan sampai Anda membiarkan musuh merasa
aman sejenak pun. Karena jika Anda membiarkan mereka merasa nyaman, maka Anda
niscaya akan kecewa. Masyarakat awam Syiah adalah center of gravity (pusat massa ) di kalangan
Rafidhah, merekalah sejatinya ‘mesin’ utama dalam pertempuran. Belum lagi soal
kesyirikan mereka, cacian mereka kepada Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu
‘Anha, dan pelanggaran terhadap kehormatannya!
Terakhir, saya mengingatkan saudara-saudaraku sekalian bahwa
beban sangatlah berat. Tidak ada yang dapat memikulnya selain kalian, wahai
singa-singa Daulah Islam. Hendaklah kalian menjaga keikhlasan dan memiliki
kesabaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadi pelindung kalian.
Akhir seruanku; segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat serta salam untuk Rasulullah Sang Terpercaya.
Penulis,
Abu Hamid Al-Barqawi
Judul Asli : الدولة الإسلامية و المكانة الريادة
Naskah asli : https://justpaste.it/fbv2
Sumber terjemah : http://justpaste.it/l0f7
No comments:
Post a Comment