Apabila Jordan
berperang, maka negara-negara kejiranan Arab membantu perkara-perkara yang
wajar mereka bantu. Apabila keadaan semakin reda, perancang-perancang kejahatan
yang melihat minyak di bumi Arab untuk kehidupan, mereka pun membuat rancangan kejahatan
yang sukar difahami oleh manusia-manusia yang dikepong negaranya.
Berlakulah tolak ansur dan perkembangan-perkembangan
dagangan pun dipertingkatkan. Selepas itu dijanjikan bantuan-bantuan ekonomi
dan ketenteraan. Maka jadilah ia bersekutu dengan negara-negara yang pernah
diperanginya berhadapan dengan negara yang pernah membantunya.
Senario seperti itu akan terus
berlaku kerana pemimpin-pemimpin yang cerdik akan mengambil peluang di atas
kepentingan-kepentingan bangsanya, manakala pemimpin-pemimpin yang licik akan
mengambil peluang diatas kelemahan-kelemahan mereka yang boleh dipergunakan
walaupun melibatkan membunuh orang lain termasuklah menyerang membunuh rakyatnya
sendiri.
Kesan daripada itu maka
negara-negara Arab yang memiliki simpanan minyak yang banyak, wajar digunakan minyak-minyak
itu untuk membakar kerana kayu api sukar ditemui, penceroboh pula telah
ditangkap di dalam wilayah larangan.
Sesiapa sahaja yang bersekutu
dengan penceroboh-penceroboh dan pembunuh tertangkap dan jika sabit kesalahan
akan disembelih atau dibakar hidup-hidup kerana bersekutu dengan
perompak-perompak.
Orang-orang yang cerdik
mempertahankan negara bangsanya akan memenangi peperangan menghadapi
musuh-musuhnya kerana minyak-minyak sudah sedia untuk membakar mereka yang
menceroboh itu.
Jordania Bermain Api Dan Kini Terbakar
By M. Fachry
Abu Nayla untuk Al-Mustaqbal
Channel
Jordania sering bermain api dan
apinya kali ini berbeda dan lebih berkobar. Bisa jadi api itu akan membakar
ujung bajunya atau sebagian besar darinya. Demikian analisa Abdel Bari Atwan, pemred
Al Quds Al Arabiya yang pernah dimuat oleh Al-Mustaqbal Channel beberapa waktu
yang lalu. Kini, pasca terbakarnya Mu’adz sang pilot Jordania menjadi menarik
menelusuri kembali analisa Abdel Bari Atwan tersebut yang diterjemahkan oleh
Abu Hanan untuk Al-Mustaqbal Channel. Semoga bermanfaat!
Setelah lebih dari dua bulan
serangan udara dilancarkan terhadap posisi-posisi Daulah Islamiyah, baik di
dalam wilayah Suriah untuk menghalangi pasukannya agar tidak menguasai kota
Ainul Arab (Kobane) di utara Suriah, maupun di wilayah-wilayah Irak di Hits,
Ramadi, Tikrit, Haditsah, dan di pinggiran Baghdad, menjadi jelas banyak tugas
yang di dalamnya pesawat-pesawat beberapa negara berpartisipasi, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, ini belum mampu mewujudkan selain
keberhasilan yang sangat terbatas. Sekarang pembicaraan tentang intervensi
darat yang dilakukan seiring dengan intervensi udara terus meningkat terutama
di lingkaran Amerika dan memiliki gaung yang jelas di kawasan Arab.
Dalam kerangka ini, kita bisa
memahami pernyataan Sayid Khalid Kalaldeh, Menteri Urusan Politik dan Parlemen
dalam pemerintahan Jordania, yang disampaikannya tiga hari yang lalu. Di
dalamnya dia menyatakan dengan jelas bahwa negaranya tengah bersiap mengirim
pasukan darat untuk memerangi pasukan Daulah Islamiyah, tanpa memberikan
rincian lebih jauh terkait masalah ini.
Cara Jordania dalam menyampaikan
persiapannya untuk memainkan peran-peran militer di sana sini memang selalu tampak malu-malu dan
melalui menteri-menteri yang tidak menangani urusan politik. Tujuannya adalah
untuk melepaskan “balon-balon percobaan” untuk menguji reaksi opini publik. Dan
kadang tujuannya adalah untuk “menormalisasi” dan “membiasakan” warga negara
Jordania terhadap langkah-langkah semacam ini yang mendapatkan perlawanan kuat
di lingkaran mereka. Pernyataan Menteri Kalaldeh harus dipahami dalam kerangka
ini, sehingga kita bisa mengikuti langkah atau langkah-langkah selanjutnya.
Mari kita lebih berterus terang
dan lebih terbuka dalam membicarakan dua perkara pokok yang berkaitan dengan
masalah ini. Pertama, Jordania tidak bisa menolak permintaan Amerika untuk
mengirimkan pasukan daratnya untuk berperang di berbagai front dan melaksanakan
tugas-tugas yang ditetapkannya. Pasukan Jordania telah dikirim di tengah
gelapnya malam untuk berperang bersama pasukan Amerika selama pendudukan Irak
pada tahun 2003. Bahkan pasukan Amerika yang masuk ke Baghdad berangkat dari wilayah Jordania.
Sebagaimana Jordania telah mengirim pasukan ke Libya
sebagai ujung tombak untuk menduduki Tripoli
dan menyerang pangkalan Aziziyah yang merupakan markas kendali militer bagi
Kolonel Muammar Qadzafi. Sebagaimana Jordania juga telah berinisiatif untuk
mengirimkan pasukan ke Bahrain
pada tahun 2011. Tidak pernah ada pernyataan resmi seputar
partisipasi-partisipasi ini. Dan ada usaha untuk menjauhkan pers dari
membicarakannya.
Perkara kedua berkaitan dengan
peran fungsional Jordania dalam melaksanakan peran-peran militer dan politik
berdasarkan intimidasi Amerika dan tekanan dunia Arab sebagai kompensasi atas
bantuan keuangan. Jordania tidak mempunyai emas atau minyak. Sumber-sumber
keuangannya sangat sedikit dan pemasukan dari bidang pariwisata terus menurun.
Sebaliknya, hutang-hutangnya secara umum terus membengkak. Ada yang memperkirakan jumlahnya mencapai 25
milyar dolar, di bawah bayang-bayang ketidakmampuan kronis dalam mencukupi
anggara tahunan yang mencapai 2 milyar dolar. Sementara dukungan dari
negara-negara Teluk terus berkurang dan mengecil.
Jordania telah mengirimkan
beberapa pesawat untuk berpartisipasi dalam menyerang posisi-posisi Daulah
Islamiyah di Suriah bersama pesawat-pesawat Amerika, Saudi, dan Imarat. Tetapi
itu hanya merupakan langkah simbolis, karena pesawat-pesawat Angkatan Udara
Jordania sudah tua dan sebagian besar darinya sudah habis masa berlakunya untuk
berperang jika dibandingkan dengan rekan-rekannya dari Teluk dan Barat. Tetapi
popularitas institusi militer Jordania tidak terletak pada skuadron-skuadron
pesawat tempurnya, tetapi pada pasukan daratnya yang sangat terlatih untuk
melakukan aksi-aksi penyerangan.
Penguasa Jordania, Raja Abdullah
II, selalu membanggakan di hadapan tamu-tamu istimewanya bahwa ketika dia
bertugas di Angkatan Bersenjata Jordania dan sebelum naik tahta secara mendadak
setelah kematian ayahnya, dia telah membentuk satuan-satuan tempur yang dia
namakan “Pasukan Khusus Elit”. Pasukan ini dianggap sebagai pasukan yang paling
loyal terhadapnya dan yang paling agresif dalam operasi-operasi pertempuran.
Pemilihan unsur-unsur pasukan ini dilakukan dengan metode yang keras dan sesuai
dengan standar-standar yang ketat untuk menjamin pelaksanaan perintah-perintah
pimpinan dengan penuh keberanian dan dedikasi tanpa keraguan. Bukanlah suatu
kebetulan, dan karena keberhasilan pasukan inilah, beberapa negara Arab
menirunya, bahkan meminta para pimpinannya untuk melatih pasukan-pasukan yang
serupa. Yang paling menonjol dalam bidang ini adalah pasukan keamanan Palestina
di Tepi Barat, selanjutnya pasukan perlawanan Suriah.
Tugas apa pun di masa mendatang
bagi pasukan khusus Jordania di Suriah dan Irak akan teringkas dalam
operasi-operasi penyergapan di balik garis perbatasan musuh yang dalam hal ini
adalah pasukan Daulah Islamiyah. Dan ini adalah tugas yang berbahaya
berdasarkan semua standar, karena pasukan Daulah sangat terlatih dan para
pimpinannya dulu bekerja di bawah bendera tentara Irak dan satuan-satuan khusus
yang dibentuk oleh mantan presiden Irak, Saddam Husein. Dengan kata lain,
kemampuan-kemampuan tempurnya tidak kurang dibanding pasukan yang serupa
dengannya di Jordania dan negara-negara Arab lainnya, jika tidak melebihinya.
Ini di samping keimanan dan keislamannya yang kuat dan persenjataannya yang
bagus (diperoleh dari gudang-gudang tentara Irak). Di atas ini dan itu, para
personilnya merindukan kesyahidan sebagai jalan terpendek menuju surga.
Ringkasnya, Jordania tengah
melangkah menuju “perjudian” yang dipenuhi dengan bahaya, karena sektor yang
luas dari opini publiknya menentang intervensi semacam ini. Bukan cuma
berangkat dari simpati terhadap Daulah Islamiyah sebagai peninggalan tandzim
jihad Tauhid dan Jihad yang didirikan oleh Abu Mush’ab Az-Zarqawi, jihadis yang
telah memperoleh popularitas besar di Jordania dan berjuang atas nama Sunnah,
tetapi juga berangkat dari kebencian terhadap Amerika dan Barat serta
kecurigaan terhadap niat-niat keduanya dan setiap langkah yang ditempuh oleh
kedua, karena ujung-ujungnya langkah tersebut dianggap membantu Israel dan
memecah-belah bangsa Arab. Kebanyakaan orang di Jordania tidak menganggap
Daulah Islamiyah sebagai organisasi teroris. Mereka meyakini bahwa selama ia
mentargetkan Amerika dan Barat serta membahayakan kepentingan keduanya, maka ia
bukan teroris.
Syekh-syekh jihad di Jordania,
seperti Syekh Abu Muhammad Al-Maqdisi, tidak mempedulikan peringatan-peringatan
resmi yang disampaikan kepadanya oleh perangkat intelijen Jordania dalam
pertemuan langsung, ketika dia dipanggil ke markas intelijen di Amman setelah
melakukan provokasi untuk menentang koalisi Amerika di akun twitternya. Dia
terus menyebut koalisi ini sebagai koalisi Salib dan negara-negara yang
berpartisipasi di dalamnya sebagai negara-negara murtad. Ini adalah sesuatu
yang menciptakan kerangka berpikir publik yang berbeda dengan apa yang
diinginkan oleh negara. Dan bisa jadi partisipasi Jordania dalam perang akan
dianggap sebagai kesalahan oleh rakyat, padahal ini adalah perang yang akan
berlangsung lama dan pasti akan memakan korban para tentara dari semua negara
yang berpastisipasi di dalamnya, tak terkecuali pasukan Jordania. Jika mantan
Menteri Pertahanan Amerika, Leon Panetta, dalam bukunya yang baru diterbitkan
menegaskan bahwa perang melawan Daulah Islamiyah ini akan berlangsung
sedikitnya tiga puluh tahun, apakah Jordania mampu menanggung
kosekuensi-kosekuensinya dan terus mempersembahkan banyak korban terbunuh dan
luka-luka sepanjang masa itu?
Saya telah mengunjungi Jordania
kira-kira sebulan yang lalu. Saya telah bertemu dengan banyak dari
pemimpin-pemimpin agama yang mendukung kelompok-kelompok jihad, seperti Daulah
Islamiyah dan Jabhah Nushrah, sebagaimana saya telah bertemu dengan orang-orang
yang menentang keras keduanya. Kesan yang saya dapatkan dari
pertemuan-pertemuan ini adalah bahwa jumlah jihadis Jordania di Irak dan Suriah
sedikitnya lebih dari dua ribu prajurit, dan jumlah ini terus meningkat. Kita
harus mengingat dengan baik bahwa posisi Jordania sejajar dengan dua front
pertempuran yang berkecamuk saat ini. Pasukan Daulah dan Nushrah sama-sama
berada beberapa kilometer dari perbatasannya. Dan yang lebih penting dari itu,
bagi keduanya memerangi pasukan Amerika dan sekutunya sama derajatnya dengan
memerangi pasukan tentara Suriah, jika tidak lebih utama. Barang siapa
mengikuti akun-akun pemimpin para jihadis di media sosial, baik yang
menggunakan nama asli maupun nama samaran, pasti mengetahui fakta ini dengan
baik.
Kita tidak tahu kapan lembaga
politik Jordania akan mengirim pasukan khususnya ke front-front pertempuran.
Bisa jadi ia benar-benar telah dikirim dan saat ini sedang bertempur di Ainul
Arab atau Fallujah. Tetapi yang kita tahu adalah bahwa langkah ini akan
dipenuhi dengan bahaya, karena ia memiliki pengaruh terhadap front-front
internal di Jordania dan keutuhannya, meskipun kita memperhitungkan kekuatan,
kesolidan, dan pengalaman perangkat-perangkat keamanan Jordania. Kekuatan
perangkat-perangkat ini di dalam negeri adalah sesuatu, dan kemampuannya di
luar negeri, di front-front yang jauh dan di tanah musuh, adalah sesuatu yang
sama sekali berbeda.
Jordania sering bermain api.
Tetapi apinya kali ini berbeda dan lebih berkobar. Bisa jadi api itu akan
membakar ujung bajunya atau sebagian besar darinya. Dan seperti biasanya,
orang-orang Amerika selalu melarikan diri dari kawasan jika mereka menemukan
bahwa kerugian yang menimpa atau hampir menimpa sangat besar. Itulah yang
mereka lakukan di Somalia ,
di Irak, dan baru saja di Afghanistan .
Dan itulah yang akan mereka lakukan di Suriah. Diharapkan agar para pemimpin
Jordania menyadari besarnya “perjudian” atau “petualangan” yang dipaksakan
padanya oleh Amerika dan sekutu Arabnya yang putus asa, segera meneliti kembali
perhitungan-perhitungannya dengan baik, dan sebisa mungkin menghindari
keterlibatan dalam apa yang terjadi di Suriah, atau lebih tepatnya di
batas-batasnya yang terdekat. Apa pun yang terjadi, kita menentang keterlibatan
ini dan menentang koalisi keji yang sama sekali tidak melakukan intervensi demi
kemaslahatan kita dan kemaslahatan korban-korban kita yang dibantai oleh
pesawat-pesawat dan pasukan-pasukan Amerika dan Israel secara berkala.
No comments:
Post a Comment