Thursday 5 February 2015

JORDAN MENYAMBUT LAMBAIAN AMERIKA SYARIKAT



Jordan dihormati oleh kawan dan lawan, terutama apabila ia terlibat berperang berhadapan dengan Israel yang merampas tanahnya dan tanah-tanah Palestin yang kekuatan Israel itu didokong oleh Amerika Syarikat dan sekutu-sekutunya yang ramai orang memahami siapa mereka itu.

Apabila Jordan berperang, maka negara-negara kejiranan Arab membantu perkara-perkara yang wajar mereka bantu. Apabila keadaan semakin reda, perancang-perancang kejahatan yang melihat minyak di bumi Arab untuk kehidupan, mereka pun membuat rancangan kejahatan yang sukar difahami oleh manusia-manusia yang dikepong negaranya.

Berlakulah tolak ansur dan perkembangan-perkembangan dagangan pun dipertingkatkan. Selepas itu dijanjikan bantuan-bantuan ekonomi dan ketenteraan. Maka jadilah ia bersekutu dengan negara-negara yang pernah diperanginya berhadapan dengan negara yang pernah membantunya.

Senario seperti itu akan terus berlaku kerana pemimpin-pemimpin yang cerdik akan mengambil peluang di atas kepentingan-kepentingan bangsanya, manakala pemimpin-pemimpin yang licik akan mengambil peluang diatas kelemahan-kelemahan mereka yang boleh dipergunakan walaupun melibatkan membunuh orang lain termasuklah menyerang membunuh rakyatnya sendiri.

Kesan daripada itu maka negara-negara Arab yang memiliki simpanan minyak yang banyak, wajar digunakan minyak-minyak itu untuk membakar kerana kayu api sukar ditemui, penceroboh pula telah ditangkap di dalam wilayah larangan.

Sesiapa sahaja yang bersekutu dengan penceroboh-penceroboh dan pembunuh tertangkap dan jika sabit kesalahan akan disembelih atau dibakar hidup-hidup kerana bersekutu dengan perompak-perompak.

Orang-orang yang cerdik mempertahankan negara bangsanya akan memenangi peperangan menghadapi musuh-musuhnya kerana minyak-minyak sudah sedia untuk membakar mereka yang menceroboh itu.


------------------



Jordania Bermain Api Dan Kini Terbakar


By M. Fachry
Abu Nayla untuk Al-Mustaqbal Channel


Jordania sering bermain api dan apinya kali ini berbeda dan lebih berkobar. Bisa jadi api itu akan membakar ujung bajunya atau sebagian besar darinya. Demikian analisa Abdel Bari Atwan, pemred Al Quds Al Arabiya yang pernah dimuat oleh Al-Mustaqbal Channel beberapa waktu yang lalu. Kini, pasca terbakarnya Mu’adz sang pilot Jordania menjadi menarik menelusuri kembali analisa Abdel Bari Atwan tersebut yang diterjemahkan oleh Abu Hanan untuk Al-Mustaqbal Channel. Semoga bermanfaat!


Setelah lebih dari dua bulan serangan udara dilancarkan terhadap posisi-posisi Daulah Islamiyah, baik di dalam wilayah Suriah untuk menghalangi pasukannya agar tidak menguasai kota Ainul Arab (Kobane) di utara Suriah, maupun di wilayah-wilayah Irak di Hits, Ramadi, Tikrit, Haditsah, dan di pinggiran Baghdad, menjadi jelas banyak tugas yang di dalamnya pesawat-pesawat beberapa negara berpartisipasi, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, ini belum mampu mewujudkan selain keberhasilan yang sangat terbatas. Sekarang pembicaraan tentang intervensi darat yang dilakukan seiring dengan intervensi udara terus meningkat terutama di lingkaran Amerika dan memiliki gaung yang jelas di kawasan Arab.

Dalam kerangka ini, kita bisa memahami pernyataan Sayid Khalid Kalaldeh, Menteri Urusan Politik dan Parlemen dalam pemerintahan Jordania, yang disampaikannya tiga hari yang lalu. Di dalamnya dia menyatakan dengan jelas bahwa negaranya tengah bersiap mengirim pasukan darat untuk memerangi pasukan Daulah Islamiyah, tanpa memberikan rincian lebih jauh terkait masalah ini.

Cara Jordania dalam menyampaikan persiapannya untuk memainkan peran-peran militer di sana sini memang selalu tampak malu-malu dan melalui menteri-menteri yang tidak menangani urusan politik. Tujuannya adalah untuk melepaskan “balon-balon percobaan” untuk menguji reaksi opini publik. Dan kadang tujuannya adalah untuk “menormalisasi” dan “membiasakan” warga negara Jordania terhadap langkah-langkah semacam ini yang mendapatkan perlawanan kuat di lingkaran mereka. Pernyataan Menteri Kalaldeh harus dipahami dalam kerangka ini, sehingga kita bisa mengikuti langkah atau langkah-langkah selanjutnya.

Mari kita lebih berterus terang dan lebih terbuka dalam membicarakan dua perkara pokok yang berkaitan dengan masalah ini. Pertama, Jordania tidak bisa menolak permintaan Amerika untuk mengirimkan pasukan daratnya untuk berperang di berbagai front dan melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkannya. Pasukan Jordania telah dikirim di tengah gelapnya malam untuk berperang bersama pasukan Amerika selama pendudukan Irak pada tahun 2003. Bahkan pasukan Amerika yang masuk ke Baghdad berangkat dari wilayah Jordania. Sebagaimana Jordania telah mengirim pasukan ke Libya sebagai ujung tombak untuk menduduki Tripoli dan menyerang pangkalan Aziziyah yang merupakan markas kendali militer bagi Kolonel Muammar Qadzafi. Sebagaimana Jordania juga telah berinisiatif untuk mengirimkan pasukan ke Bahrain pada tahun 2011. Tidak pernah ada pernyataan resmi seputar partisipasi-partisipasi ini. Dan ada usaha untuk menjauhkan pers dari membicarakannya.

Perkara kedua berkaitan dengan peran fungsional Jordania dalam melaksanakan peran-peran militer dan politik berdasarkan intimidasi Amerika dan tekanan dunia Arab sebagai kompensasi atas bantuan keuangan. Jordania tidak mempunyai emas atau minyak. Sumber-sumber keuangannya sangat sedikit dan pemasukan dari bidang pariwisata terus menurun. Sebaliknya, hutang-hutangnya secara umum terus membengkak. Ada yang memperkirakan jumlahnya mencapai 25 milyar dolar, di bawah bayang-bayang ketidakmampuan kronis dalam mencukupi anggara tahunan yang mencapai 2 milyar dolar. Sementara dukungan dari negara-negara Teluk terus berkurang dan mengecil.

Jordania telah mengirimkan beberapa pesawat untuk berpartisipasi dalam menyerang posisi-posisi Daulah Islamiyah di Suriah bersama pesawat-pesawat Amerika, Saudi, dan Imarat. Tetapi itu hanya merupakan langkah simbolis, karena pesawat-pesawat Angkatan Udara Jordania sudah tua dan sebagian besar darinya sudah habis masa berlakunya untuk berperang jika dibandingkan dengan rekan-rekannya dari Teluk dan Barat. Tetapi popularitas institusi militer Jordania tidak terletak pada skuadron-skuadron pesawat tempurnya, tetapi pada pasukan daratnya yang sangat terlatih untuk melakukan aksi-aksi penyerangan.

Penguasa Jordania, Raja Abdullah II, selalu membanggakan di hadapan tamu-tamu istimewanya bahwa ketika dia bertugas di Angkatan Bersenjata Jordania dan sebelum naik tahta secara mendadak setelah kematian ayahnya, dia telah membentuk satuan-satuan tempur yang dia namakan “Pasukan Khusus Elit”. Pasukan ini dianggap sebagai pasukan yang paling loyal terhadapnya dan yang paling agresif dalam operasi-operasi pertempuran. Pemilihan unsur-unsur pasukan ini dilakukan dengan metode yang keras dan sesuai dengan standar-standar yang ketat untuk menjamin pelaksanaan perintah-perintah pimpinan dengan penuh keberanian dan dedikasi tanpa keraguan. Bukanlah suatu kebetulan, dan karena keberhasilan pasukan inilah, beberapa negara Arab menirunya, bahkan meminta para pimpinannya untuk melatih pasukan-pasukan yang serupa. Yang paling menonjol dalam bidang ini adalah pasukan keamanan Palestina di Tepi Barat, selanjutnya pasukan perlawanan Suriah.

Tugas apa pun di masa mendatang bagi pasukan khusus Jordania di Suriah dan Irak akan teringkas dalam operasi-operasi penyergapan di balik garis perbatasan musuh yang dalam hal ini adalah pasukan Daulah Islamiyah. Dan ini adalah tugas yang berbahaya berdasarkan semua standar, karena pasukan Daulah sangat terlatih dan para pimpinannya dulu bekerja di bawah bendera tentara Irak dan satuan-satuan khusus yang dibentuk oleh mantan presiden Irak, Saddam Husein. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan tempurnya tidak kurang dibanding pasukan yang serupa dengannya di Jordania dan negara-negara Arab lainnya, jika tidak melebihinya. Ini di samping keimanan dan keislamannya yang kuat dan persenjataannya yang bagus (diperoleh dari gudang-gudang tentara Irak). Di atas ini dan itu, para personilnya merindukan kesyahidan sebagai jalan terpendek menuju surga.

Ringkasnya, Jordania tengah melangkah menuju “perjudian” yang dipenuhi dengan bahaya, karena sektor yang luas dari opini publiknya menentang intervensi semacam ini. Bukan cuma berangkat dari simpati terhadap Daulah Islamiyah sebagai peninggalan tandzim jihad Tauhid dan Jihad yang didirikan oleh Abu Mush’ab Az-Zarqawi, jihadis yang telah memperoleh popularitas besar di Jordania dan berjuang atas nama Sunnah, tetapi juga berangkat dari kebencian terhadap Amerika dan Barat serta kecurigaan terhadap niat-niat keduanya dan setiap langkah yang ditempuh oleh kedua, karena ujung-ujungnya langkah tersebut dianggap membantu Israel dan memecah-belah bangsa Arab. Kebanyakaan orang di Jordania tidak menganggap Daulah Islamiyah sebagai organisasi teroris. Mereka meyakini bahwa selama ia mentargetkan Amerika dan Barat serta membahayakan kepentingan keduanya, maka ia bukan teroris.

Syekh-syekh jihad di Jordania, seperti Syekh Abu Muhammad Al-Maqdisi, tidak mempedulikan peringatan-peringatan resmi yang disampaikan kepadanya oleh perangkat intelijen Jordania dalam pertemuan langsung, ketika dia dipanggil ke markas intelijen di Amman setelah melakukan provokasi untuk menentang koalisi Amerika di akun twitternya. Dia terus menyebut koalisi ini sebagai koalisi Salib dan negara-negara yang berpartisipasi di dalamnya sebagai negara-negara murtad. Ini adalah sesuatu yang menciptakan kerangka berpikir publik yang berbeda dengan apa yang diinginkan oleh negara. Dan bisa jadi partisipasi Jordania dalam perang akan dianggap sebagai kesalahan oleh rakyat, padahal ini adalah perang yang akan berlangsung lama dan pasti akan memakan korban para tentara dari semua negara yang berpastisipasi di dalamnya, tak terkecuali pasukan Jordania. Jika mantan Menteri Pertahanan Amerika, Leon Panetta, dalam bukunya yang baru diterbitkan menegaskan bahwa perang melawan Daulah Islamiyah ini akan berlangsung sedikitnya tiga puluh tahun, apakah Jordania mampu menanggung kosekuensi-kosekuensinya dan terus mempersembahkan banyak korban terbunuh dan luka-luka sepanjang masa itu?

Saya telah mengunjungi Jordania kira-kira sebulan yang lalu. Saya telah bertemu dengan banyak dari pemimpin-pemimpin agama yang mendukung kelompok-kelompok jihad, seperti Daulah Islamiyah dan Jabhah Nushrah, sebagaimana saya telah bertemu dengan orang-orang yang menentang keras keduanya. Kesan yang saya dapatkan dari pertemuan-pertemuan ini adalah bahwa jumlah jihadis Jordania di Irak dan Suriah sedikitnya lebih dari dua ribu prajurit, dan jumlah ini terus meningkat. Kita harus mengingat dengan baik bahwa posisi Jordania sejajar dengan dua front pertempuran yang berkecamuk saat ini. Pasukan Daulah dan Nushrah sama-sama berada beberapa kilometer dari perbatasannya. Dan yang lebih penting dari itu, bagi keduanya memerangi pasukan Amerika dan sekutunya sama derajatnya dengan memerangi pasukan tentara Suriah, jika tidak lebih utama. Barang siapa mengikuti akun-akun pemimpin para jihadis di media sosial, baik yang menggunakan nama asli maupun nama samaran, pasti mengetahui fakta ini dengan baik.

Kita tidak tahu kapan lembaga politik Jordania akan mengirim pasukan khususnya ke front-front pertempuran. Bisa jadi ia benar-benar telah dikirim dan saat ini sedang bertempur di Ainul Arab atau Fallujah. Tetapi yang kita tahu adalah bahwa langkah ini akan dipenuhi dengan bahaya, karena ia memiliki pengaruh terhadap front-front internal di Jordania dan keutuhannya, meskipun kita memperhitungkan kekuatan, kesolidan, dan pengalaman perangkat-perangkat keamanan Jordania. Kekuatan perangkat-perangkat ini di dalam negeri adalah sesuatu, dan kemampuannya di luar negeri, di front-front yang jauh dan di tanah musuh, adalah sesuatu yang sama sekali berbeda.

Jordania sering bermain api. Tetapi apinya kali ini berbeda dan lebih berkobar. Bisa jadi api itu akan membakar ujung bajunya atau sebagian besar darinya. Dan seperti biasanya, orang-orang Amerika selalu melarikan diri dari kawasan jika mereka menemukan bahwa kerugian yang menimpa atau hampir menimpa sangat besar. Itulah yang mereka lakukan di Somalia, di Irak, dan baru saja di Afghanistan. Dan itulah yang akan mereka lakukan di Suriah. Diharapkan agar para pemimpin Jordania menyadari besarnya “perjudian” atau “petualangan” yang dipaksakan padanya oleh Amerika dan sekutu Arabnya yang putus asa, segera meneliti kembali perhitungan-perhitungannya dengan baik, dan sebisa mungkin menghindari keterlibatan dalam apa yang terjadi di Suriah, atau lebih tepatnya di batas-batasnya yang terdekat. Apa pun yang terjadi, kita menentang keterlibatan ini dan menentang koalisi keji yang sama sekali tidak melakukan intervensi demi kemaslahatan kita dan kemaslahatan korban-korban kita yang dibantai oleh pesawat-pesawat dan pasukan-pasukan Amerika dan Israel secara berkala.




No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Rasulullah s.a.w. bersabda, maksudnya: “Hikmat itu barang kepunyaan mukmin yang hilang, di mana didapatinya, maka dia yang berhak atasnya.” ( H. R. Imam At-Tirmizi )