Monday, 22 June 2015

KECINTAAN DAN KEBENCIAN HANYA KEPADA ‘LAA ILAHA ILALLAH’



Al-Adnani Media (www.al-adnani.blogspot.com) - Maktabah Al-Himmah dari Daulah Islamiyah merilis brosur dakwah yang berjudul 


"Ketahuilah Bahwa Laa Ilaha Ilallah Adalah Al Wala' Wal Baro'". 


Brosur dakwah berbahasa arab tersebut alhamdulillah telah diterjemah ke bahasa indonesia oleh Shoutussalam. Berikut selengkapnya, semoga bermanfaat!


***


MAKTABAH AL-HIMMAH AD-DAULAH AL-ISLAMIYAH

MENGHADIRKAN BROSUR DAKWAH

KETAHUILAH BAHWA LAA ILAHA ILALLAH ADALAH AL WALA' WAL BARO'


Segala puji bagi Allah, Pelindung bagi orang-orang yang beriman. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan untuk Rasulullah pemimpin orang-orang yang jujur, dan siapa saja yang berjalan di atas manhajnya dalam berlepas diri dari orang-orang kafir. Amma ba’d.

Sesungguhnya Al-Wala’ dan Al-Baro’ adalah dasar yang paling mendasar dalam pondasi Islam, serta pilar dari pilar-pilar yang menopangnya. Maka Islam tidak akan tegak hingga seseorang berwalaa' (loyal) kepada Allah dan berbarra' (memusuhi) karena Allah. Berwala’ kepada ahlul Haq dan memusuhi ahlul Bathil.

Al-Wala’ dan Al-Baro’ adalah syarat dari iman yang benar, sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya:


"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasiq." (Al-Maa'idah: 80-81)


Al-WALA’

Al-Wala’ (loyalitas) mencakup dukungan, kecintaan, penghormatan, dan penghargaan kepada sesuatu yang dicintai, baik secara terang-terangan maupun di dalam hati. Allah ta’ala berfirman:


"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindung mereka ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya (iman) kepada kegelapan (kekafiran)..." (Al-Baqarah: 257)

Al-Wala’ tidak berlaku kecuali kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah berfirman:


"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang." (Al-Maa'idah: 55-56)

Wujud berwala’ kepada orang-orang yang beriman adalah dengan mencintai mereka, menolong mereka, menasehati mereka, mendoakan mereka, berkumpul dengan mereka, berkasih-sayang dengan mereka, menghindarkan bahaya dari mereka, memberikan mereka hak-hak mereka dalam Islam, dan berbagai hal lainnya yang termasuk dalam Al-Wala’ karena iman mereka yang benar.

Allah ta’ala berfirman yang artinya:


"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka..." (Al-Fath: 29)

Loyalitas atau muwalah kepada orang-orang yang beriman berarti mendekatkan diri dengan mereka, menampakkan cinta kepada mereka dengan lisan, perbuatan, dan niat. Juga berarti dukungan atau pertolongan untuk setiap orang yang berpegang teguh dengan Islam dalam beraqidah, berbicara, dan berperilaku. Demikian juga memberikan perlindungan jika kehormatan dan hartanya terancam.

Perantara sebuah loyalitas atau muwalah adalah al-hubbu (cinta) dan perantara permusuhan atau mu’adah adalah al-bughdh (kebencian). Dengan itu maka akan timbul perbuatan dari hati dan anggota badan berupa pertolongan, perasaan senang, dan memberikan bantuan seperti berupa jihad, hijrah, dan hal-hal lainnya yang menunjukan Al-Wala’.


Al-Wala’ harus dilakukan dengan ikhlash untuk Allah, Allah ta’ala berfirman:


"Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak memberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik"." (Al-An’am: 14)


Oleh karena itu kita tidak berwala’ karena mengharap jabatan ataupun harta, namun kita berwala’ karena Allah ta’ala semata.

- Wala’ kita kepada siapa saja yang beriman kepada Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi.

- Wala’ kita kepada orang yang beriman, yang menyembah Allah saja, tidak menyekutukan-Nya, dan yang mengikuti manhaj Nabi dalam perkataan serta perbuatannya.

- Wala’ kita kepada orang-orang yang mengambil Al-Qur’an sebagai jalan hidup dan gaya hidupnya.

- Wala’ kita kepada orang-orang yang berusaha untuk berhukum dengan syari’at Islam, menyeru untuk menerapkannya, dan menegakkannya.

- Wala’ kita kepada orang-orang yang membawa panji Al-Islam dan berusaha untuk menyebarkannya di seluruh negeri. Mereka yang mengajarkan Tauhid kepada manusia dan memperingatkan mereka dari Syirik agar mereka beribadah kepada Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Memberi Balasan dan menghancurkan kesyirikan sehancur-hancurnya.

- Wala’ kita kepada orang-orang yang meninggalkan rumah-rumah mereka, kerabat-kerabat mereka, keluarga mereka, dan negara-negara mereka untuk menolong (agama) Allah, dan menolong para mujahidin di manapun mereka berada.

- Wala’ kita kepada siapa saja yang berhijrah untuk membela Islam dan kaum muslimin, mulai dari bayi yang masih disusui hingga orang tua yang tua renta. Mereka yang merelakan hal-hal yang berharga untuk mengembalikan Al-Aqsha yang tertawan.

- Wala’ kita kepada seorang mukmin yang berusaha dengan jiwa dan hartanya untuk merawat orang-orang yang lemah, membela hak orang-orang yang dizhalimi, hingga dia rela untuk menemui maut demi membela mereka. Mereka yang berjalan di bawah bom-bom yang berjatuhan, demi terhindarnya kaum muslimin dari penjara yang gelap, dan hina.
  
- Wala’ kita untuk orang-orang yang beriman, yang berjihad di jalan Allah. Mereka yang tidak berlezat-lezatan dengan makanan dan minuman, bahkan mereka meninggalkan dunia dan pergi berperang demi memenuhi perintah Allah ‘azza wa jalla : "Pergilah untuk berperang dalam keadaan ringan dan berat! Dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah!" (At-Taubah : 41). Mereka takut ancaman Allah yang artinya: "…Jika kalian tidak pergi untuk berperang, niscaya Dia akan mengadzab kalian dengan adzab yang pedih…" (At-Taubah : 39)

- Wala’ kita untuk orang yang beriman yang menolak demokrasi yang menuhankan manusia dan menghindarkan hak penetapan hukum bagi Allah. Orang beriman yang memerangi sistem demokrasi yang telah berlawanan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Kita memberikan muwalah (loyalitas) kepadanya, pertolongan untuknya, dan kita mencintainya karena Allah.


AL-BARO’

Dasar Al-Wala’ atau muwalah adalah kecinatan, dan dasar Al-Baro’ atau mu’adah adalah kebencian, dan kemudian melahirkan perbuatan dari hati dan anggota badan yang masuk dalam hakikat muwalah dan mu’adah, seperti memberikan dukungan, pertolongan, dan bantuan, contoh berjihad, hijrah, dan lain sebagainya. (Ar-Rosail Al-Mufid)

Al-Wala’ Wal Baro termasuk prasyarat La Ilaha Illallah. Al-Wala’ dasarnya adalah rasa cinta, dan dukungan atau pertolongan. Sedangkan Al-Baro dasarnya adalah rasa benci dan permusuhan. Maka jika kita mencintai orang-orang yang beriman namun belum menolong mereka atas musuh-musuh mereka berarti kita belum berwala’ atau bermuwalah kepada mereka. Demikian juga jika kita membenci orang-orang kafir, munafik, dan murtaddin, namun belum memusuhi mereka maka kita berarti belum baro’ terhadap mereka dengan sebenar-benarnya baro’.


Allah ta’ala berfirman yang artinya:


"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja..." (Al-Mumtahanah: 4)


"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)." (Ali Imran: 29)


"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak mereka…" (Al-Mujadilah : 22). Dalam sebuah tafsir ayat ini berhubungan dengan Abu Ubaidah yang membunuh ayahnya pada perang Badar.


"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik)..." (Al-Maa'idah: 57)


"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan." (Al-Maa'idah: 80)

Allah ta’ala telah berfirman mengenai perilaku berwala’ kepada orang-orang kafir secara umum, yaitu:


"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang..." (Al-Mumtahanah: 1)

Namun lebih dari itu Allah mengharamkan bermuwalah kepada orang-orang kafir meskipun mereka dekat dengan orang-orang yang dinisbahkan dengan Islam. Allah ta’ala berfirman:


"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim..." (At-Taubah: 23)


"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (Al-Anfal: 73)

Oleh karena itu Allah hanya menetapkan bermuwalah atau berwala’ hanya kepada orang-orang yang beriman dan tidak kepada orang-orang kafir, Dia subhanahu wa ta’ala juga mengabarkan bahwa orang-orang kafir sebagian dari mereka adalah pelindung bagi sebagian dari mereka yang lain. Dan akibatnya jika kita tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar. Maka bagaimana bisa agama ini dapat terlaksana seperti Jihad, dan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar jika tidak disertai dengan rasa cinta karena Allah dan benci karena Allah? Memusuhi karena Allah dan berloyalitas karena Allah?

Dan sebagai penutup, marilah kita kembali kepada Aqidah yang lurus, seperti memperbaiki pemahaman kalimat Tauhid, pengetahuan seputar Ibadah, pendidikan generasi di atas Al-Qur'an dan Sunnah, menghadapi dahsyatnya perang pemikiran (Ghazwul Fikri), memperdalam konsep Al-Wala’ wal Baro’, konsep permusuhan antara golongan Allah (Hizbullah) dan golongan Syaitan (Hizbusy Syaithan), dan mengingat kembali dekatnya pertolongan Allah.

Wallahu ta’ala a’lam, wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.

***




No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... Rasulullah s.a.w. bersabda, maksudnya: “Hikmat itu barang kepunyaan mukmin yang hilang, di mana didapatinya, maka dia yang berhak atasnya.” ( H. R. Imam At-Tirmizi )