Al-Adnani Media (www.al-adnani.blogspot.com) - Maktabah
Al-Himmah dari Daulah Islamiyah merilis brosur dakwah yang berjudul
"Ketahuilah Bahwa Laa Ilaha Ilallah Adalah Al Wala' Wal Baro'".
Brosur dakwah berbahasa arab tersebut alhamdulillah telah diterjemah ke bahasa
indonesia oleh Shoutussalam. Berikut selengkapnya, semoga bermanfaat!
***
MAKTABAH AL-HIMMAH AD-DAULAH AL-ISLAMIYAH
MENGHADIRKAN BROSUR DAKWAH
KETAHUILAH BAHWA LAA ILAHA ILALLAH ADALAH AL WALA' WAL BARO'
Segala puji bagi Allah, Pelindung bagi orang-orang yang
beriman. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan untuk Rasulullah pemimpin
orang-orang yang jujur, dan siapa saja yang berjalan di atas manhajnya dalam
berlepas diri dari orang-orang kafir. Amma ba’d.
Sesungguhnya Al-Wala’ dan Al-Baro’ adalah dasar yang paling
mendasar dalam pondasi Islam, serta pilar dari pilar-pilar yang menopangnya.
Maka Islam tidak akan tegak hingga seseorang berwalaa' (loyal) kepada Allah dan
berbarra' (memusuhi) karena Allah. Berwala’ kepada ahlul Haq dan memusuhi ahlul
Bathil.
Al-Wala’ dan Al-Baro’ adalah syarat dari iman yang benar,
sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya:
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong
dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang
mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan
mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada
Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka
tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi
kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasiq." (Al-Maa'idah:
80-81)
Al-WALA’
Al-Wala’ (loyalitas) mencakup dukungan, kecintaan,
penghormatan, dan penghargaan kepada sesuatu yang dicintai, baik secara
terang-terangan maupun di dalam hati. Allah ta’ala berfirman:
"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindung mereka ialah syaitan, yang
mengeluarkan mereka daripada cahaya (iman) kepada kegelapan
(kekafiran)..." (Al-Baqarah: 257)
Al-Wala’ tidak berlaku kecuali kepada Allah, Rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman. Allah berfirman:
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut
(agama) Allah itulah yang pasti menang." (Al-Maa'idah: 55-56)
Wujud berwala’ kepada orang-orang yang beriman adalah dengan
mencintai mereka, menolong mereka, menasehati mereka, mendoakan mereka,
berkumpul dengan mereka, berkasih-sayang dengan mereka, menghindarkan bahaya
dari mereka, memberikan mereka hak-hak mereka dalam Islam, dan berbagai hal
lainnya yang termasuk dalam Al-Wala’ karena iman mereka yang benar.
Allah ta’ala berfirman yang artinya:
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka..." (Al-Fath: 29)
Loyalitas atau muwalah kepada orang-orang yang beriman
berarti mendekatkan diri dengan mereka, menampakkan cinta kepada mereka dengan
lisan, perbuatan, dan niat. Juga berarti dukungan atau pertolongan untuk setiap
orang yang berpegang teguh dengan Islam dalam beraqidah, berbicara, dan
berperilaku. Demikian juga memberikan perlindungan jika kehormatan dan hartanya
terancam.
Perantara sebuah loyalitas atau muwalah adalah al-hubbu
(cinta) dan perantara permusuhan atau mu’adah adalah al-bughdh (kebencian).
Dengan itu maka akan timbul perbuatan dari hati dan anggota badan berupa
pertolongan, perasaan senang, dan memberikan bantuan seperti berupa jihad,
hijrah, dan hal-hal lainnya yang menunjukan Al-Wala’.
Al-Wala’ harus dilakukan dengan ikhlash untuk Allah, Allah
ta’ala berfirman:
"Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung
selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan
dan tidak memberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah
supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan
jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik"." (Al-An’am:
14)
Oleh karena itu kita tidak berwala’ karena mengharap jabatan
ataupun harta, namun kita berwala’ karena Allah ta’ala semata.
- Wala’ kita kepada siapa saja yang beriman kepada Allah
sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai Nabi.
- Wala’ kita kepada orang yang beriman, yang menyembah Allah
saja, tidak menyekutukan-Nya, dan yang mengikuti manhaj Nabi dalam perkataan
serta perbuatannya.
- Wala’ kita kepada orang-orang yang mengambil Al-Qur’an
sebagai jalan hidup dan gaya
hidupnya.
- Wala’ kita kepada orang-orang yang berusaha untuk berhukum
dengan syari’at Islam, menyeru untuk menerapkannya, dan menegakkannya.
- Wala’ kita kepada orang-orang yang membawa panji Al-Islam
dan berusaha untuk menyebarkannya di seluruh negeri. Mereka yang mengajarkan
Tauhid kepada manusia dan memperingatkan mereka dari Syirik agar mereka
beribadah kepada Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Memberi Balasan dan
menghancurkan kesyirikan sehancur-hancurnya.
- Wala’ kita kepada orang-orang yang meninggalkan
rumah-rumah mereka, kerabat-kerabat mereka, keluarga mereka, dan negara-negara
mereka untuk menolong (agama) Allah, dan menolong para mujahidin di manapun
mereka berada.
- Wala’ kita kepada siapa saja yang berhijrah untuk membela
Islam dan kaum muslimin, mulai dari bayi yang masih disusui hingga orang tua
yang tua renta. Mereka yang merelakan hal-hal yang berharga untuk mengembalikan
Al-Aqsha yang tertawan.
- Wala’ kita kepada seorang mukmin yang berusaha dengan jiwa
dan hartanya untuk merawat orang-orang yang lemah, membela hak orang-orang yang
dizhalimi, hingga dia rela untuk menemui maut demi membela mereka. Mereka yang
berjalan di bawah bom-bom yang berjatuhan, demi terhindarnya kaum muslimin dari
penjara yang gelap, dan hina.
- Wala’ kita untuk orang-orang yang beriman, yang berjihad
di jalan Allah. Mereka yang tidak berlezat-lezatan dengan makanan dan minuman,
bahkan mereka meninggalkan dunia dan pergi berperang demi memenuhi perintah
Allah ‘azza wa jalla : "Pergilah untuk berperang dalam keadaan ringan dan
berat! Dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah!"
(At-Taubah : 41). Mereka takut ancaman Allah yang artinya: "…Jika kalian
tidak pergi untuk berperang, niscaya Dia akan mengadzab kalian dengan adzab
yang pedih…" (At-Taubah : 39)
- Wala’ kita untuk orang yang beriman yang menolak demokrasi
yang menuhankan manusia dan menghindarkan hak penetapan hukum bagi Allah. Orang
beriman yang memerangi sistem demokrasi yang telah berlawanan dengan Al-Qur’an
dan Sunnah. Kita memberikan muwalah (loyalitas) kepadanya, pertolongan
untuknya, dan kita mencintainya karena Allah.
AL-BARO’
Dasar Al-Wala’ atau muwalah adalah kecinatan, dan dasar
Al-Baro’ atau mu’adah adalah kebencian, dan kemudian melahirkan perbuatan dari
hati dan anggota badan yang masuk dalam hakikat muwalah dan mu’adah, seperti
memberikan dukungan, pertolongan, dan bantuan, contoh berjihad, hijrah, dan
lain sebagainya. (Ar-Rosail Al-Mufid)
Al-Wala’ Wal Baro termasuk prasyarat La Ilaha Illallah.
Al-Wala’ dasarnya adalah rasa cinta, dan dukungan atau pertolongan. Sedangkan
Al-Baro dasarnya adalah rasa benci dan permusuhan. Maka jika kita mencintai
orang-orang yang beriman namun belum menolong mereka atas musuh-musuh mereka
berarti kita belum berwala’ atau bermuwalah kepada mereka. Demikian juga jika
kita membenci orang-orang kafir, munafik, dan murtaddin, namun belum memusuhi
mereka maka kita berarti belum baro’ terhadap mereka dengan sebenar-benarnya
baro’.
Allah ta’ala berfirman yang artinya:
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu
pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata
kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari
daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja..." (Al-Mumtahanah: 4)
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang
kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah
kembali(mu)." (Ali Imran: 29)
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah
dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak
mereka…" (Al-Mujadilah : 22). Dalam sebuah tafsir ayat ini berhubungan
dengan Abu Ubaidah yang membunuh ayahnya pada perang Badar.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan
permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan
orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik)..." (Al-Maa'idah: 57)
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong
dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang
mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan
mereka akan kekal dalam siksaan." (Al-Maa'idah: 80)
Allah ta’ala telah berfirman mengenai perilaku berwala’
kepada orang-orang kafir secara umum, yaitu:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada
mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang..."
(Al-Mumtahanah: 1)
Namun lebih dari itu Allah mengharamkan bermuwalah kepada
orang-orang kafir meskipun mereka dekat dengan orang-orang yang dinisbahkan
dengan Islam. Allah ta’ala berfirman:
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan
bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan
mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim..." (At-Taubah:
23)
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi
pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi
kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (Al-Anfal: 73)
Oleh karena itu Allah hanya menetapkan bermuwalah atau
berwala’ hanya kepada orang-orang yang beriman dan tidak kepada orang-orang
kafir, Dia subhanahu wa ta’ala juga mengabarkan bahwa orang-orang kafir
sebagian dari mereka adalah pelindung bagi sebagian dari mereka yang lain. Dan
akibatnya jika kita tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah maka
akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar. Maka bagaimana bisa agama ini
dapat terlaksana seperti Jihad, dan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar jika tidak
disertai dengan rasa cinta karena Allah dan benci karena Allah? Memusuhi karena
Allah dan berloyalitas karena Allah?
Dan sebagai penutup, marilah kita kembali kepada Aqidah yang
lurus, seperti memperbaiki pemahaman kalimat Tauhid, pengetahuan seputar
Ibadah, pendidikan generasi di atas Al-Qur'an dan Sunnah, menghadapi dahsyatnya
perang pemikiran (Ghazwul Fikri), memperdalam konsep Al-Wala’ wal Baro’, konsep
permusuhan antara golongan Allah (Hizbullah) dan golongan Syaitan (Hizbusy
Syaithan), dan mengingat kembali dekatnya pertolongan Allah.
Wallahu ta’ala a’lam, wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad
wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.
***
No comments:
Post a Comment